Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Stadion Mandala, Kota Jayapura, Sabtu, secara resmi menutup pelaksanaan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua yang sebelumnya dibuka oleh Wakil Presiden Ma'ruf di tempat yang sama pada Jumat (5/11).
Seremoni penutupan ini tidak kalah meriahnya dengan pembukaan. Berbagai kesenian daerah yang dipadukan dengan modern digabung dan membuat masyarakat yang hadir begitu menikmati suguhan yang belum tentu hadir kembali dalam waktu dekat.
"Maka dengan mengucap syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, dengan mengucap Alhamdulillahirobbilalamin, malam hari ini Pekan Paralimpik Nasional XVI Papua 2021 secara resmi saya tutup, sampai berjumpa di Sumatera Utara dan Aceh," kata Presiden Joko Widodo.
"Selamat kepada para atlet utamanya sekali lagi atlet papua yang telah menunjukkan prestasinya kesimpulannya bukan hanya 'Torang Bisa' tetapi 'Torang Hebat'," kata Presiden menambahkan.
Peparnas XVI Papua mempertandingkan 12 cabang olahraga yakin angkat berat, atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola CR, tenis lapangan kursi roda, dan tenis meja. Pelaksanaannya sendiri terpusat di Kota dan Kabupaten Jayapura.
Sebelum menutup kejuaraan khusus untuk atlet disabilitas itu, Presiden Jokowi yang didampingi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali juga sempat melihat secara langsung pertandingan final judo dan bulu tangkis.
Di lokasi pertandingan judo, Presiden Jokowi mengapresiasi pelaksanaan Peparnas meski pelaksanaannya mundur satu tahun dari jadwal sebelumnya karena pandemi COVID-19 yang hingga saat ini belum sepenuhnya usai.
"Saya ingin menyampaikan selamat kepada Papua yang pertama telah sukses menyelenggarakan PON (Pekan Olahraga Nasiona) dan yang kedua telah sukses juga menyelenggarakan Peparnas dan di Peparnas Provinsi Papua menempati tempat yang paling atas,” kata Presiden Jokowi.
Sebelum melihat pertandingan, Presiden Jokowi juga menyempatkan diri berbelanja tas tradisional masyarakat Papua, noken serta beberapa kerajinan asli Bumi Cenderawasih di Pasar Noken Taman Imbi, Jayapura.
Bagi Presiden Jokowi kehadirannya ke Papua ini adalah yang kedua dalam dua bulan terakhir setelah pada sebelumnya membuka Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua di Stadion Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, 2 Oktober lalu.
Papua juara
Papua sebagai tuan rumah Peparnas XVI benar-benar memanfaatkan kesempatan yang ada untuk meraih hasil terbaik alias menjadi juara umum dalam pengumpulan medali kejuaraan empat tahunan yang pelaksanaannya molor satu tahun itu.
Berdasarkan data yang dikeluarkan PB Peparnas, kontingen Papua bertengger di puncak klasemen akhir dengan raihan 127 emas, 87 perak, dan 93 perunggu. Bahkan tuan rumah mampu menjadi juara umum untuk beberapa cabang olahraga.
Seperti cabang olahraga panahan. Tuan rumah sukses mengemas 11 medali emas, 4 perak, dan 3 perunggu. Berikutnya menembak dengan raihan yakni 9 medali emas, 6 perak, dan 1 perunggu. Pada cabang olahraga sepak bola CP, Papua meraih emas setelah menang WO atas Kalimantan Selatan.
Selain itu kontingen Papua juga berhasil menjadi juara umum pada cabang olahraga judo tunanetra dengan mengumpulkan 11 medali emas, 3 medali perak dan 7 medali perunggu.
Atas hasil tersebut, Gubernur Lukas Enembe mengaku bangga dengan atlet-atlet Papua yang berhasil menunjukkan slogan 'torang bisa! barang apa jadi!' bukanlah hanya sekedar slogan.
Dirinya menjelaskan slogan yang digaungkan oleh para atlet Papua ini direalisasikan dengan keberhasilan tim tuan rumah meraih juara umum Peparnas XVI.
"Saya juga bangga dengan para atlet Papua, slogan kita 'Torang Bisa! Barang Apa Jadi!' bukanlah cuma slogan. Namun kalian tunjukkan dengan bukti sebagai juara umum," tegas Lukas Enembe.
Lebih lanjut Enembe mengatakan, provinsi-provinsi yang belum berhasil menjadi juara umum bukan berarti mendapatkan kekalahan, namun di waktu yang akan datang bisa mendapatkan hasil yang diharapkan.
"Bagi provinsi-provinsi yang belum berhasil menjadi juara umum, bukan berarti kita mendapatkan kekalahan akan tetapi di waktu-waktu yang akan datang bisa mendapatkan hasil yang diharapkan," katanya menambahkan.
Sementara juara bertahan Jawa Barat harus puas di posisi dua klasemen dengan raihan medali 110 emas, 92 perak, 75 perak. Padahal, sebelumnya provinsi yang dipimpin Ridwan Kamil ini ingin mengawinkan gelar dengan juara umum PON Papua 2021.
Untuk posisi ketiga di tempati Jawa tengah dengan raihan 89 emas, 60 perak, 76 perunggu. Disusul Kalimantan Selatan dengan 41 emas, 43 perak, dan 47 perunggu dan Sumatera Utara dengan 27 emas, 32 perak, dan 15 perunggu.
Rekor
Peparnas Papua yang sudah resmi berakhir memang menorehkan banyak sejarah. Selain Papua menjadi juara untuk pertama kalinya, juga banyak rekor yang tercipta mulai dari rekor Peparnas, rekor nasional maupun rekor ASEAN Para Games.
Berdasarkan data yang dihimpun dari penyelenggara kejuaraan tercatat ada 96 pemecahan rekor Peparnas dari cabang para atletik yang diantaranya dipersembahkan oleh sprinter asal Jawa Tengah Karisma Evi Tiarani di nomor 100 meter T43-44 putri.
Evi yang pernah berlaga di Paralimpiade Tokyo itu mencatatkan waktu 15,00 detik yang mampu mempertajam rekornas yang dicetaknya sendiri pada Peparnas 2016 di Jawa Barat, dengan catatan waktu 15,02 detik.
Tak ketinggalan, sprinter Saptoyogo Purnomo yang turun di nomor 100 meter T37 putra dengan catatan waktu 11,78 detik atau memecahkan rekornas yang dicetak Zeth Karanen dari Papua dengan 12,72 detik pada Peparnas Jabar.
Dari cabang angkat berat ada 13 rekor Peparnas yang sukses dipecahkan yang diantaranya lewat Ni Nengah Widiasih yang memecahkan rekor nasional kelas 45kg yang sebelumnya dipegang atlet Kalimantan Timur Nurjanah yang ditorehkan pada Peparnas 2012 dengan angkatan 67 kg.
Pada Peparnas Papua, wakil kontingen Bali ini Ni Nengah Widiasih berhasil melakukan angkat beban dengan berat 80 kg pada kesempatan pertama, 85 kg pada kesempatan kedua dan 90 kg pada kesempatan ketiga.
Atlet asal Sumatera Utara Tambi Sibarani tak mau kalah dan dia pun berhasil memecahkan rekor nasional angkat berat kelas putra 80kg dengan melakukan angkatan seberat 168kg. Rekor sebelumnya dipegang atlet asal Riau Andriansyah dengan angkatan 163kg yang dicetak di Peparnas 2016 Jawa Barat 2016.
Selain itu 39 pemecahan rekor nasional serta dua pemecahan rekor ASEAN Para Games.
Jika dilihat dari hasil pemecahan rekor di Peparnas Papua, tidak menutup kemungkinan rekor yang ada bakal dipecahkan pada kejuaraan yang sama berikutnya di Sumatera Utara dan Aceh mengingat banyak rekor yang dicetak oleh atlet muda.
Jika pembinaan berkelanjutan terus dilakukan oleh NPC Provinsi dan NPC Nasional maka peluang untuk melahirkan atlet potensial yang bisa mengharumkan nama bangsa di kancah internasional mulai ASEAN Para Games, Asian Para Games dan Paralimpiade sangat terbuka. Semoga....