Jakarta (ANTARA) - Kelesuan adalah potret utama dunia setidaknya delapan bulan terakhir sejak pandemi COVID-19 menjalar di hampir seluruh belahan bumi.
Kelesuan yang sama tampak menyergap atmosfer jelang El Clasico antara Barcelona kontra Real Madrid dalam rangkaian laga pekan ketujuh Liga Spanyol di Camp Nou, Sabtu (24/10) besok.
Bukan semata-mata fakta bahwa mayoritas pertandingan sepak bola masih dilangsungkan tanpa penonton dan yang tersisa dari atmosfer laga hanyalah teriakan para pemain yang tampil, pelatih maupun penghangat bangku cadangan.
Namun, juga karena Barcelona dan Real Madrid sama-sama memasuki El Clasico edisi perdana musim ini dalam kondisi yang penuh dihinggapi ketidakpastian.
Sejak puluhan juta pasang mata di seluruh dunia menyaksikan kekalahan memalukan 2-8 melawan Bayern Muenchen dalam perempat final Liga Champions, Agustus lalu, Barcelona tidak pernah sama.
Lionel Messi ingin pergi. Messi diancam jalur hukum. Messi seperti ingat pengalaman buruk dengan sidang pengemplangan pajaknya dan memilih menunaikan sisa durasi kontrak semusim lagi di Camp Nou.
Quique Setien dipecat. Ronald Koeman didatangkan. Koeman membuang Luis Suarez, Ivan Rakitic, Arturo Vidal dan Nelson Semedo. Koeman mendatangkan Sergino Dest, sembari berharap bisa menyepuh kembali kegemilangan mantan talenta masa depan yang meredup seperti Philippe Coutinho dan Ousmane Dembele.
Tampak meyakinkan dengan tiga kemenangan penuh di sesi pramusim singkat, Barcelona memasuki Liga Spanyol musim 2020/21 dengan dua kemenangan telak 4-0 atas Villarreal dan 3-0 kontra Celta Vigo. Ansu Fati bahkan didapuk sebagai Pemain Terbaik Liga Spanyol untuk bulan September.
Namun, bulan madu Koeman dan Barcelona tak berlangsung lama sebab Las Blaugranas ditahan imbang Sevilla 1-1 jelang jeda internasional awal Oktober.
Sementara catatan 100 persen sudah tergelincir dari tangan, bumbu drama di luar lapangan masih terus bermunculan. Josep Bartomeu dirundung mosi tidak percaya yang terancam membuatnya dimakzulkan dari kursi presiden Barcelona.
Dalam jeda internasional, Antoine Griezmann tampil gemilang bersama tim nasional Prancis dan melontarkan pujian untuk Didier Deschamps sembari menyindir Koeman, yang dianggap tak bisa memainkannya di posisi yang tepat.
Sesumbar Griezmann bak senjata makan tuan, Koeman memainkannya di belakang penyerang tunggal seperti yang diinginkan, tapi "pengkhianat" Atletico Madrid itu tak menampilkan performa yang dijanjikan dan Barcelona malah menelan kekalahan perdana mereka dengan skor 0-1 kontra Getafe.
Alih-alih mengkritisi Griezmann, Koeman memilih untuk berusaha menjaga keharmonisan di skuat yang belum lama ditanganinya dan meluapkan kekesalan dengan berlarut-larut membicarakan soal "sikap tak terpuji" yang dilakukan bek Getafe Allan Nyom dalam komentar pascalaga tersebut.
Beruntung bagi Barcelona, mereka mendapat suntikan kepercayaan diri saat membuka penampilan di Grup G Liga Champions dengan kemenangan telak 5-1 atas tim Hongaria Ferencvaros pada Selasa (20/10) kemarin.
Bahkan kemenangan itu diraih saat Koeman hanya memiliki 10 pemain di atas lapangan untuk menuntaskan 20 menit akhir laga lantaran kartu merah yang didapat Gerard Pique.
"Kartu merah itu jelas buruk bagi kami, tapi kami terbiasa bermain dengan situasi timpang. Itu terjadi dalam laga melawan Celta Vigo dan sekali lagi hari ini," kata Koeman dalam komentar purnalaga dilansir laman resmi UEFA, Rabu (21/10) kemarin.
Ousmane Dembele yang seolah hanya memiliki waktu hingga jendela transfer musim dingin untuk memenangkan kepercayaan kembali dari Barcelona, mencetak satu gol setelah masuk sebagai pemain pengganti di laga kontra Ferencvaros.
Messi selalu tampil penuh seperti di pertandingan-pertandingan lain, Coutinho perlahan menjanjikan performa yang membuat Barcelona kepincut beberapa tahun silam, Fati terus naik daun.
Dan jika ini bisa disebut keuntungan, Griezmann diistirahatkan penuh dalam laga kontra Ferencvaros, sehingga ia bisa dalam keadaan bugar jika dipercaya tampil dalam El Clasico besok.
Kendati ini El Clasico Koeman sebagai juru taktik Barcelona, pelatih asal Belanda itu punya rekor bagus kala berseragam merah biru berupa enam kemenangan dan tiga hasil imbang dalam 14 pertemuan kontra Real Madrid.
Ia bahkan mengemas dwigol lewat titik putih saat memainkan El Clasico pertamanya pada 7 Oktober 1989, yang berakhir dengan kemenangan 3-1.
Setidaknya sembilan pemain Barcelona berpeluang untuk menandai debut El Clasico mereka dengan kemenangan yakni Neto, Dest, Ronald Araujo, Junior Firpo, Miralem Pjanic, Matheus Fernandes, Riqui Puig, Pedri dan Trincao, tentunya jika Koeman memberi kepercayaan.
Kendati memasuki El Clasico dengan menempati peringkat kesembilan klasemen, Barcelona bisa melompati Real Madrid yang ada di posisi ketiga jika meraih kemenangan, mengingat kedua tim hanya terpaut tiga poin dan tim besutan Koeman sudah punya keunggulan selisih gol.
Luka baru
Jika drama di Barcelona berlarut-larut sejak jeda musim, Real Madrid saat ini baru saja mengalami luka yang masih segar.
Berstatus juara bertahan di musim penuh pertama tenor kedua Zinedine Zidane, Real Madrid menyongsong Liga Spanyol 2020/21 tanpa satu pembelian pun.
Mereka bahkan menjual bek sayap muda calon bintang Achraf Hakimi, meminjamkan banyak pemain belia seperti Takefusa Kubo, Reinier dan Brahim Diaz.
Namun, di bursa transfer Real Madrid melakukan langkah-langkah penting seperti mengeluarkan "mayat hidup" dalam James Rodriguez dan Gareth Bale dari skuat mereka.
Kendati mengawali musim dengan skor nirgol, Real Madrid perlahan mengamankan tiga kemenangan beruntun untuk menanjak ke puncak klasemen jelang jeda internasional.
Sekembalinya dari jeda internasional, Real Madrid justru terpeleset menelan kekalahan memalukan 0-1 dari tim promosi Cadiz pekan lalu.
Tak hanya kekalahan dan posisi puncak klasemen yang terlepas dari genggaman, sang kapten Sergio Ramos --yang semusim terakhir mengambil alih peran sebagai azimat Real Madrid sepeninggal Cristiano Ronaldo-- harus menepi lebih awal karena cedera lutut kiri.
Ramos juga tak tampil ketika Real Madrid memulai musim mereka di Liga Champions dan absennya sang azimat anyar berujung kekalahan lain yang tak kurang mengejutkan.
Menjamu Shakhtar Donetsk yang tak diperkuat delapan pemain tim utama karena terinfeksi COVID-19, Real Madrid dipecundangi 2-3 oleh wakil Ukraina itu.
Dua kekalahan di kandang dalam dua pertandingan beruntun membuat Zidane menyadari bahwa para pemainnya didera krisis kepercayaan diri.
"Kami kekurangan segalanya hari ini, tetapi yang terburuk adalah kami tak punya kepercayaan diri," kata Zidane selepas pertandingan pada Selasa (20/10).
Walau demikian, Zidane menegaskan bahwa masa-masa sulit adalah sebuah keniscayaan dari sepak bola dan ia pribadi masih menuntut para pemain untuk mengangkat tim dari keterpurukan.
"Saya merasa kasihan kepada para pemain, kami memenangi banyak hal untuk saya dan mereka tidak pantas mendapatkan hasil semacam ini. Tapi inilah sepak bola, satu hari segalanya kelabu dan selanjutnya matahari terbit bersinar," katanya.
Terbitnya matahari itu bukan saja ditunggu oleh para penggemar Real Madrid, yang mungkin berharap timnya bisa kembali ke puncak klasemen.
Namun juga, sinar matahari dibutuhkan seluruh penikmat sepak bola seluruh penjuru bumi untuk mencerahkan hari-hari mereka yang masih kelabu karena pandemi.