Washington (ANTARA) - Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan massa aksi protes damai di dekat Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada Senin (1/6), terkait kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam dalam penangkapan oleh polisi di Minneapolis sepekan lalu.
Aksi protes itu dilakukan di Taman Lafayette, yang berseberangan jalan dengan kompleks Gedung Putih, seiring dengan Presiden Donald Trump yang berjanji mengerahkan kekuatan demi menghentikan kerusuhan protes besar-besaran, dalam pidatonya di gedung pemerintahan itu.
Untuk tujuan itu, Trump menyebut akan menerjunkan pasukan militer jika para gubernur negara bagian menolak mengerahkan Garda Nasional--mengingat aksi demonstrasi bertajuk Black Lives Matter (Nyawa Orang Kulit Hitam Berharga) itu merebak dari Minneapolis ke sejumlah kota dan negara bagian lain.
"Jika kota atau negara bagian menolak mengambil langkah yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti masyarakatnya, maka saya akan menerjunkan pasukan militer AS dan menyelesaikan persoalan ini dengan cepat demi mereka," ujar Trump.
Langkah pembubaran massa di Taman Lafayette oleh aparat dilakukan untuk mengamankan jalan Trump bersama sejumlah pejabat yang hendak menuju Gereja Episkopal St. John, dekat Gedung Putih.
Trump kemudian berfoto di gereja yang mengalami kerusakan ringan akibat kerusuhan pada malam sebelumnya, sembari memegang Alkitab.
Beberapa jam kemudian, unjuk rasa yang diikuti ribuan orang juga terjadi di Brooklyn dengan massa yang meneriakkan "justice now" (keadilan sekarang juga) serta pengemudi mobil yang membunyikan klakson sebagai dukungan, sementara mobil polisi mengawal di belakang.
Aksi unjuk rasa yang lebih kecil terjadi di Hollywood, di mana para peserta protes menantang aturan jam malam yang diberlakukan oleh Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti untuk bergerak menuju barisan aparat kepolisian, kemudian berlutut dengan tangan diangkat--simbol perlawanan terhadap rasisme.
Sumber: Reuters