Kendari (ANTARA) - Pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat terapresiasi ke level Rp13.900 per dolar AS seiring optimisme pelaku pasar terhadap meredanya perang dagang.
Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan Presiden AS Donald Trump sepakat untuk menunda kenaikan tarif tambahan pada barang-barang China.
"Langkah tersebut meningkatkan harapan untuk meredanya friksi dagang antara dua negara dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia," katanya.
Menurut Ariston, meredanya ketegangan perang dagang AS-China itu telah mendorong minat pelaku pasar terhadap aset-aset di negara berkembang yang akhirnya berdampak pada mata uang.
Terpantau, pergerakan rupiah pada Jumat pagi mengalami apresiasi sebesar 40 poin atau 0,29 persen menjadi Rp13.950 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp13.990 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah terapresiasi seiring optimisme negosiasi dagang berjalan lancar
Sentimen selanjutnya, kata dia, pasar akan tertuju pada pertemuan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) yang diperkirakan akan memangkas suku bunganya.
"Keputusan The Fed menjadi perhatian pelaku pasar dalam menentukan arah kebijakan investasinya," katanya.
Ia mengemukakan Trump kembali meminta Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga ke wilayah negatif, sebuah langkah yang biasanya enggan dilakukan oleh bank sentral dunia untuk melawan pertumbuhan ekonomi yang lemah.
Ariston mengemukakan Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada pidatonya di Swiss belum lama ini mengeluarkan beberapa pernyataan yang memberikan indikasi belum akan melakukan pemotongan suku bunga pada bulan September ini.
Selain itu, lanjut dia, Powell juga menyatakan bahwa Federal Reserve memegang komitmen untuk tidak terpengaruh oleh kepentingan politik dalam mengambil setiap keputusan, dan berdasarkan analisa yang dapat dipegang.
Baca juga: Harga minyak naik setelah OPEC indikasikan pangkas produksi
Baca juga: China ajukan kasus tarif di WTO terhadap Amerika Serikat