Kendari (Antara News) - Bupati Wakatobi Sulawesi Tenggara, Hugua mengatakan hampir semua negara maju di Eropa dan Asia begitu cepat berkembang karena peradaban dan budaya yang benar-benar dijaga dan dipertahankan hingga saat ini.
"Sementara di Indonesia pendidikan kebudayaan yang di dalamanya mencakup nilai sejarah justru hanya merupakan bagian ilmu tambahan dari mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, katanya saat tampil sebagai nara sumber dalam seminar nasional yang diusung oleh Temu Alumni yang diselenggarakan Masyarakat Sejarah indonesia (MSI) di Kendari, Minggu.
Seminar sehari yang menghadirkan beberapa nara sumber diantaranya DR.Pudantia (Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Indonesia dan DR Muhlis (Ketua MSI Pusat) dan Prof Hanna Ketua Lembaga Pengkajian Mutu Pendidikan (LPMP) Sultra diikuti ratusan guru-guru ilmu soial, mahasiswa jurusan sejarah UHO di Kota Kendari.
Menurut Hugua, kurangnya pemahaman khususnya dikalangan pelajar hingga mahasiswa karena secara umum masih rendahnya apresiasi dan kecintaan terhadap budaya lokal, dan sejarah Lokal
Disampingi itu, semakin pudarnya nilai-nilai solidaritas sosial, keramahtamahan sosial dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, serta semakin menguatnya nilai-nilai materialism disamping, belum memadainya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya termasuk pelestarian nilai-nilai sejarah pada tingkat lokal.
Hugua mencontohkan, negara maju di asia seperti Korea dan Jepang dengan, kemajuan teknologinya yang tidak tersaingi di dunia itu tidak pernah menghilangkan simbol-simbol budaya di negaranya.
Begitupun bangsa eropa memiliki kultur dan budaya masyarakat yang maju dalam berfikir dan bertindak, sehingga membuahkan hasil yang luar biasa yang mempengaruhi seluruh budaya yang ada di seluruh dunia.
"Indonesia memiliki keragaman budaya yang begitu banyak dan bahkan dibilan terbesar di dunia, sehingga peranan para pendidik baik di sekolah tingkat pertama (SMP), SMA hingga ke perguruan tinggi tidak memahami pentinya pendidikan budaya maka dikuatirkan para generasi penerus bagsa akan kehilangan jati diris sebagai bangsa yang berbudaya," ujaranya.
Ketua LPMP Sultra, Prof Hanna mengatakan pentingya pelesatraian budaya yang dimiliki bangsa Indonesia dan khususnya di Sultra dengan tradisi budaya yang cukup beragam menjadi perhatian bangsa lain di dunia.
Sebagai contoh negara Korea dalam beberapa tahun terakhir ini ada ratusan mahasiswa yang setiap bulan datang di Kota Baubau untuk memperlajai bahasa Ciacia Buton. Sebab bahasa Ciacia, memiliki keragaman bahasa yang mirip dengan bahasa korea.
Oleh karena itu melalui seminar ini, para guru yang membidangi masalah sejarah agar tidak berdiam diri dan terus menggali potensi budaya (kearifan lokal) yang dimiliki setiap daerah khususnya di Sultra.
Rangkaian seminar sehari dilanjutkan dengan tanya jawab antara pemateri dengan peserta yang mengikuti seminar tersebut.