Jakarta (Antara News) - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) akan memfokuskan diri dan menyiapkan para calon pemimpin terutama dari kalangan partai politik melalui kegiatan dialog kebangsaan guna menguji para calon presiden Indonesia pada 2014.
"Pada tahun ini dan tahun depan Lemhannas memang akan memfokuskan diri untuk melakukan kajian dinamika politik, salah satunya pemilihan capres," kata Gubernur Lemhannas Budi Susilo Soepandji, usai memperingati HUT ke-48 Lemhannas, di Jakarta, Rabu.
Adapun konsep dialog kebangsaan yang akan digagas adalah Lemhannas mempertemukan semua calon pimpinan nasional dan memberi ruang untuk berdebat. Tak hanya itu, Lemhannas juga akan membekali mereka dengan buku-buku yang sudah disusun mengenai kepemimpinan.
"Kami juga akan uji mereka mengenai pengetahuan umum seperti peta kekuatan dunia, bagaimana dunia melihat Papua, perkembangan Laut China Selatan atau isu lainnya. Calon pimpinan nasional harus tahu itu kalau tak ingin tenggelam. Pokoknya akan kita adakan debat politik," jelas Budi.
Program tersebut, lanjut Budi, merupakan implementasi dari pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyatakan bahwa 2013 dan 2014 adalah tahun politik. "Jadi, dua tahun ini Lemhannas akan fokus pada kajian tentang dinamika politik," jelasnya.
Tak hanya itu, Lemhannas berencana untuk mengajarkan bakal calon legislator dari semua partai politik peserta Pemiu 2014 tentang wawasan kebangsaan seperti, soal kepemimpinan, ketahanan nasional, wawasan nusantara, dan kewaspadaan nusantara.
"Saat ini, baru enam parpol yang sudah mau untuk mengikuti program Lemhannas tersebut. Enam parpol lainnya sedang diusahakan agar mereka juga mau ikut," kata Budi.
Menurut dia, rencana pendidikan bagi bacaleg tersebut mendapatkan respon yang sangat baik dari enam parpol tersebut. Bacaleg nantinya akan diberikan tentang wawasan kebangsaan yang merupakan enam pokok pelajaran Lemhannas, yakni kepemimpinan, ketahanan nasional, wawasan nusantara dan kewaspadaan nusantara.
Budi mengatakan, sebelum para caleg itu masuk ke legislatif, mereka akan diajarkan soal wawasan kebangsaan, sehingga ketika sudah menjadi anggota DPR mereka paham tentang wawasan kebangsaan. Bahkan, setelah mereka masuk jadi anggota parlemen juga diajarkan.
"Ini masih dalam proses penggodokkan. Mudah-mudahan Juni atau Juli 2013, baik sudah keluar daftar caleg tetap (DCT) kita bisa melakukan pendidikan. Pendidikan ini juga termasuk tahapan di caleg DPRD. Kami upayakan semua parpol bersedia," katanya seraya enggan menyebutkan nama parpol yang sudah bersedia tersebut.
Dengan diberikan pendidikan wawasan kebangsaan, harap Budi, para bacaleg atau caleg bisa mengetahui cara etika berpolitik, apa yang boleh dan tak boleh, apa itu korupsi, dan bagaimana peran konstitusi mengenai hukum ketatanegaraan.
Desain Format Pendidikan
Format pendidikannya sendiri, kata dia, bisa dilakukan di parpolnya dengan bantuan Lemhannas dan di Lemhannas sendiri.
"Saat ini kami sedang desain format pendidikannya. Mereka akan belajar selama dua minggu," katanya seraya mengatakan pihaknya sedang mengajukan anggaran ke komisi I DPR dan pada prinsipnya sudah disetujui.
Metode pendidikannya berbeda dengan metode PPRA/PPSA Lemhannas. Pada termin pertama mereka akan diajarkan tentang pengertian kebangsaaan, hukum tata negara, fungsi lembaga tinggi negara dan lainnya di Lemhanas.
"Yang mendidik adalah orang-orang dari parpol yang punya pengalaman. Lemhannas hanya sebagai tempat bertemu mereka. Mereka akan tahu visi kebangsaan, tugasnya sebagai anggota parpol, dan apa yang boleh dan tak boleh," kata Budi.
Pada termin kedua, para bacaleg atau caleg kembali ke parpolnya masing-masing. Terserah dari parpol seperti apa cara mendidiknya.
"Termin ketiga, mereka kembali lagi ke Lemhannas untuk diskusi soal apa visi mereka dan janji mereka," katanya.