Jakarta, 21/5 (ANTARA) - Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Senin pagi belum bergerak nilainya di posisi Rp9.235 per dolar AS.
"Pelaku pasar masih terus mengawasi perkembangan Yunani serta ekspektasi perlambatan ekonomi China, kondisi itu dapat membuat rupiah kembali tertekan," kata analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan, harga minyak mentah AS terus mengalami penurunan karena khawatir dengan ekonomi Eropa yang terus memburuk dan tanda-tanda kuat perlambatan ekonomi di China dan bisa berlanjut ke AS.
"Perlambatan ekonomi tersebut membuat permintaan minyak mentah melemah," katanya.
Ia mengatakan, industrial production di 17 negara Eropa turun 0,3 persen (mom) di bulan Maret 2012. Sedangkan di Cina factory production tumbuh 9,3 persen, kenaikan terendah sejak 2009.
Selain itu, lanjut dia, leading indicators index (LEI) AS juga turun secara tidak terduga pada bulan April, dikhawatirkan dapat berlanjut.
Meski demikian, dikatakan dia, kemungkinan pasar Asia akan kembali positif setelah terkoreksi tajam pada pekan lalu.
Analis Monex Investindo Futures Johanes Ginting menambahkan, kekhawatiran tentang nasib Yunani dan Spanyol secara keseluruhan
masih akan menempatkan rupiah di bawah tekanan.
"Dengan berita buruk yang terus bermunculan, pasar kian khawatir akan tidak adanya solusi atas masalah utang zona euro," ujar dia.
Ia mengatakan, meningkatnya hutang dan kekacauan politik di Eropa masih terus mendukung aksi hindar resiko. Kondisi itu tentunya berdampak negatif untuk nilai tukar dalam negeri terhadap dolar AS.
Dari global, kata dia, mata uang euro juga terpuruk hingga ke posisi terendah dalam empat bulan terakhir terhadap dolar AS.