Kendari (ANTARA) - PT Kasmar Poleang Raya (KPR Silika), perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan pasir silika, memulai tahapan penting pra-operasi dengan menggelar Konsultasi Publik Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Gedung Aula Serbaguna Kecamatan Poleang Selatan, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kegiatan ini menjadi wadah dialog publik untuk menjelaskan rencana operasional perusahaan, sekaligus menunjukkan komitmen dalam mewujudkan praktik pertambangan yang transparan dan berkelanjutan.
Superintendent External Relations KPR Silika Ishak Salu Pasamba, Selasa, menegaskan bahwa keberhasilan operasional perusahaan tidak hanya diukur dari produktivitas, tetapi juga dari sejauh mana kegiatan tersebut memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat sekitar.
“Melalui konsultasi AMDAL ini, kami ingin memastikan seluruh kegiatan perusahaan berjalan sesuai dengan regulasi dan prinsip keberlanjutan yang melibatkan peran masyarakat setempat,” jelas Ishak Salu Pasamba.
Ia menambahkan bahwa seluruh tahapan AMDAL disusun dengan mengacu pada standar ilmiah dan melibatkan tenaga ahli independen. Kajian menyeluruh mencakup potensi dampak terhadap ekosistem, sumber air, serta sosial ekonomi masyarakat, di mana semua rekomendasi hasil kajian akan menjadi acuan utama pelaksanaan operasional.
Kegiatan ini dihadiri oleh Camat Poleang Selatan dan Poleang Utara, Pemerintah Desa dan Dusun Lingkar Tambang, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sultra dan Kabupaten Bombana, serta tokoh masyarakat dan pemuda.
Sekretaris Camat Poleang Utara Arman, menyambut baik kehadiran perusahaan. Ia menilai KPR Silika berpotensi memberikan dampak ekonomi yang sangat signifikan bagi masyarakat setempat.
“Momen ini menjadi salah satu momen yang sudah lama dinantikan masyarakat setempat. Perusahaan ini bisa menjadi salah satu ujung tombak pembangunan di wilayah Poleang Selatan dan Poleang Utara,” ujar Arman.
Senada dengan itu, Camat Poleang Selatan Muhammad Tamrin memberikan apresiasi terhadap keterbukaan KPR Silika dalam melibatkan masyarakat sejak tahap awal.
"Kami sangat mengapresiasi keseriusan mereka. Bahkan, jauh sebelum kegiatan ini, perusahaan sebenarnya sudah berkolaborasi dengan pemerintah setempat dengan membantu terlaksananya berbagai kegiatan masyarakat," kata Muhammad Tamrin.
Sementara itu, Kepala Desa Laea yang mewakili masyarakat lingkar tambang, Marwa, menekankan pentingnya komunikasi terbuka. "Keterbukaan dan komunikasi menjadi kunci utama kesuksesan konsultasi publik hari ini dan keberlanjutan operasi di masa mendatang. Saya bersama masyarakat akan terus mengawalnya," ungkap Marwa.
KPR Silika menegaskan komitmennya untuk menjadikan masyarakat sebagai mitra utama dalam pengembangan wilayah operasi, termasuk menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) yang fokus pada pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat secara berkelanjutan.
Pasir silika, yang merupakan fokus kegiatan usaha KPR Silika, merupakan komoditas strategis yang sangat dibutuhkan untuk berbagai industri modern, mulai dari manufaktur kaca, semikonduktor, hingga energi terbarukan. Potensi sumber daya di Bombana dinilai mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, serta mendukung pengembangan industri berbasis mineral non-logam di Indonesia Timur.

