Hamilton, Kanada (ANTARA) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (3/12) menegaskan komitmennya untuk tetap hadir di Suriah meskipun konflik di wilayah barat laut negara itu kembali memanas.
"Ini adalah eskalasi permusuhan paling signifikan yang terjadi di Suriah sejak 2019," ujar Adam Abdelmoula, koordinator kemanusiaan dan residensial PBB di Suriah, dalam konferensi pers virtual.
Abdelmoula, yang saat ini berada di Damaskus, mendesak semua pihak untuk "memprioritaskan perlindungan warga sipil serta personel, fasilitas, dan aset kemanusiaan."
Ia juga menekankan pentingnya keselamatan dan keamanan bagi para pekerja bantuan.
"PBB dan mitranya tetap berkomitmen untuk tetap berada di lokasi dan memberikan bantuan. Kami tengah mengatur penilaian situasi dan memperluas respons secepat dan semampu mungkin," katanya.
Ketika ditanya mengenai keselamatan staf PBB, Abdelmoula menyebutkan bahwa ada "lebih dari 152 staf nasional dan internasional yang saat ini berada di Aleppo."
Meskipun telah berkomunikasi dengan kelompok anti-rezim, Hay’et Tahrir al-Sham (HTS), untuk memastikan keselamatan staf di Aleppo, ia mengatakan bahwa "beberapa dari mereka masih merasa tidak aman."
"Kami sedang mengatur relokasi bagi mereka, tetapi kami menegaskan kepada semua pihak bahwa kami akan mempertahankan kapasitas kami dengan menempatkan orang-orang yang mampu bekerja dalam situasi seperti ini," tambahnya.
Abdelmoula juga mencatat bahwa saat ini ada "kekurangan pendanaan terbesar" untuk respons kemanusiaan di Suriah.
Negara tersebut baru menerima "kurang dari 30 persen dari total permintaan dana kemanusiaan sebesar 4,1 miliar dolar AS (sekitar Rp65,2 triliun) untuk tahun 2024", lanjutnya.
Ramanathan Balakrishnan, koordinator kemanusiaan regional PBB untuk krisis Suriah, mengingatkan semua pihak tentang "kewajiban mereka di bawah hukum humaniter internasional."
Sejalan dengan seruan koleganya untuk melindungi warga sipil dan pekerja bantuan, Balakrishnan menyebutkan bahwa "puluhan ribu orang telah mengungsi, dan pengungsian ini terjadi di berbagai titik."
Ia juga menyoroti kekurangan dana yang serius, dengan mengatakan, "Sepengetahuan saya, pendanaan kemanusiaan belum pernah seburuk ini dalam sejarah."
"Kesenjangan dalam pendanaan kemanusiaan seperti ini pasti akan meningkatkan penderitaan kelompok paling rentan dan membawa dampak besar bagi kawasan," ujarnya.
Ia menegaskan kepada negara-negara anggota bahwa "ini bukan waktu yang tepat untuk mengurangi pendanaan bagi Suriah."
Ia menambahkan, "Sekarang adalah saatnya untuk menjaga komitmen dan memastikan bahwa pendanaan untuk Suriah diberikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat urgensinya, terutama mengingat eskalasi yang baru saja terjadi."
Sumber: Anadolu