Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk sementara waktu melarang 5.000 lebih warga Pulau Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara yang menjadi korban erupsi Gunung Ruang meninggalkan tempat pengungsian.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa hal itu dilakukan demi keselamatan warga karena dikhawatirkan terjadi erupsi yang lebih besar, jadi mereka akan aman jika tetap berada di pengungsian.
"Paling tidak tunggu satu-dua pekan ke depan bila kondisi gunung terus melandai dan dipastikan benar-benar normal lagi yang sudah dievakuasi kita antar pulang ke Tagulandang," ujarnya.
Berdasarkan pantauan tim BNPB kondisi terkini Gunung Ruang sudah lebih stabil, ditandai dengan tidak ada lagi abu vulkanik yang keluar dari puncak melainkan hanya asap putih.
Jarak rekomendasi awas Gunung Ruang pun, lanjutnya, telah diturunkan dari tujuh kilometer menjadi lima kilometer seiring dengan penurunan aktivitas vulkanik pada gunung api bertipe strato itu.
Namun Abdul menyebutkan, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang masih menetapkan status Gunung Ruang berada pada Level IV atau Awas patut dipertimbangkan, sebab itu artinya masih rawan terjadi erupsi susulan atau bagian aktivitas vulkanologi lainnya.
"Itu yang jadi pertimbangan kenapa tidak serta-merta mereka diantar pulang. Belajar dari pengalaman sebelumnya saat erupsi 17 April, sebagian warga kembali pulang, lalu terjadi erupsi lagi di tanggal 30 April-nya, kami tidak ingin ini terulang kembali," ujarnya.
Di sisi lain, saat ini BNPB juga memutuskan untuk tidak mengevakuasi warga Tagulandang keluar dari pulau itu sebagaimana ditargetkan ada 9.000 - 12.000 orang yang dipindahkan.
Menurut dia, keputusan itu dilakukan karena adanya penurunan jarak batas aman dari tujuh kilometer menjadi lima kilometer yang direkomendasikan oleh Badan Geologi.
"Jumlah total itu berlaku untuk jarak tujuh kilometer, nah sekarang karena radius sudah dikurangi menjadi lima kilometer artinya kami tidak melakukan evakuasi yang lebih masif karena jumlah lima ribu jiwa lebih itu sudah cukup," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BNPB Suharyanto mengatakan semua kebutuhan pokok baik makanan, kesehatan, dan keamanan bagi para korban akan tercukupi selama berada di tempat pengungsian.
Berdasarkan data rekapitulasi jumlah total warga Tagulandang yang berhasil dievakuasi ke luar pulau itu sampai dengan Minggu (5/5) sebanyak 5.849 orang.
Ribuan korban tersebut dievakuasi menggunakan sembilan dari 11 armada kapal laut milik Basarnas, TNI AL, Bea Cukai Kemenkeu hingga kapal feri swasta menuju ke pengungsian yang antara lain berlokasi di Pulau Siau, Kota Manado, dan Minahasa Utara, Munte, Bitung.
"Di pengungsian telah memiliki dapur umum lengkap dengan sembako, makanan, termasuk pula sayur dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup selama masa tanggap darurat ini," ujarnya.