Kendari (ANTARA) - Tim produksi Spektra Kreasi Yasa (SKY) Film saat ini tengah menggodok sebuah film bernuansa toleransi, cinta dan nasionalisme berjudul 'Abdul & Maria'. Film karya anak Sultra bernama Jaya Tamalaki ini sedang mengadakan open casting untuk para pemain-pemain lokal di Sultra.
Jaya Tamalaki yang juga merupakan produser sekaligus Penulis Novel 'Abdul & Maria' di Kendari Kamis, mengatakan bahwa film garapannya itu akan melibatkan setidaknya 500 pemain baik lokal hingga papan atas.
Ia menargetkan sebanyak 388 pemain semua diisi oleh anak-anak lokal di Bumi Anoa.
"Saya sebagai warga Sultra menginginkan pemain film ini didominasi oleh para pemain lokal. Saya targetnya bisa mencapai sekitar 388 orang semua anak-anak lokal di Sultra," kata Jaya.
Dia mengungkapkan bahwa nantinya para pemain lokal ini akan beradu peran bersama para pemain film papan atas Indonesia. Untuk mendapatkan para pemain yang kompeten dan layak, Jaya mengatakan tim produksi SKY Film ini akan berkeliling mengadakan open casting ke seluruh kabupaten/kota di Sultra.
Jaya mengungkapkan alasannya mencari lebih banyak pemain lokal ketimbang para pemain dari daerah lain, sebagai pria yang lahir di Sultra, dirinya ingin mencari bakat-bakat dan potensi terpendam yang ada pada diri masyarakat lokal itu sendiri. Tak hanya itu, sekitar 80 persen cuplikan film nantinya, lokasi pengambilan gambarnya ada di wilayah Sultra dan sekitarnya.
"Kenapa pemainnya orang Kendari dan Sultra, kenapa pengambilan gambarnya juga di sini, karena di sini tanah kelahiran saya," ungkap dia.
Ia berharap dengan adanya open casting dan pemilihan warga lokal sebagai pemeran film garapannya itu, ke depan potensi dan bakat dunia aktor masyarakat Sultra bisa terpacu dan bersaing dengan daerah-daerah lain.
"Kenapa harus orang-orang dari luar saja, kalau anak-anak kita di Sultra ini juga bisa. Dan pasti banyak potensi-potensi dan bakat baru bermunculan," ujar dia.
Ia menuturkan bahwa program open casting sendiri pertama kali akan mengambil tempat di Kota Kendari mulai Sabtu (19/8). Untuk informasi lebih lanjut, bisa mengunjungi sosial media Instagram @sultramelaju
Sinopsis Film 'Abdul & Maria'
Film Abdul & Maria bercerita tentang seorang pemuda asal Sultra bernama Abdul yang memiliki hobi sebagai fotografer, putra tunggal Kepala Dinas Kemenag Sultra. Lalu Maria seorang penganut agama Katolik taat, putri dari pasangan Paulus Alexsandro Yohakim mantan diplomat Italia untuk Indonesia dan wanita pengacara asal Solo.
Profesi Maria sebagai seorang Arkeolog lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) mengantarkannya ke Sultra untuk meneliti situs-situs sejarah. Kemudian Abraham Yusak, yang dipanggil Bram, seorang arkeolog asal Italia beragama Yahudi.
Bram merupakan seorang pria yang tumbuh dengan doktrin anti-semit yang kental dikarenakan pendahulu dari keluarganya merupakan korban pembantaian Nazi Jerman (peristiwa Holocaust) saat era perang dunia.
Kemudian, Maria, Bram, dan 2 rekan Maria lainnya yaitu Greci dan Rosa tertarik meneliti Goa Tengkorak di Pulau Labengki, Sultra.
Menurut Maria, simbol-simbol yang ada di dalam berbagai tulisan dan gambar di Goa Tengkorak tersebut boleh jadi berhubungan dengan budaya dan kepercayaan mitologi bangsa Mesir Kuno dan Yunani. Ketertarikan Maria dengan Goa Tengkorak yang ada di Pulau Labengki bermula dari foto-foto yang diunggah ke laman media sosial milik Abdul.
Bram ternyata diam-diam menyimpan rasa cinta kepada Maria. Namun Maria diam-diam menyimpan rasa terhadap Abdul dan begitu juga Abdul. Terjadilah cinta segi tiga antara Abdul, Maria, dan Bram yang berbeda latar belakang sosial, budaya dan agama.
Selain sisi romansa, film ini juga menceritakan sisi tragedi dan kekacauan akibat serangkaian misteri pembunuhan yang dialamatkan kepada tim ekspedisi hingga melibatkan pemerintah Indonesia dan Italia.
Abdul sebagai pemandu tim ekspedisi harus berjibaku menolong dan menyelamatkan rekan-rekannya dari tragedi dan kekacauan tersebut. Aksi heroik Abdul membuat Maria yang selama ini membentengi hatinya perlahan-lahan mulai runtuh yang akhirnya mengutarakan isi hatinya kepada Abdul, namun keduanya sadar jika ada jurang yang terlalu lebar menghalangi keduanya.
Upaya keluarga Abdul dan Maria memisahkan keduanya karena alasan keyakinan dan status sosial, berakhir sebaliknya. Situasi dramatis, dan pengorbanan Abdul dalam upaya menyelamatkan Maria dan kawan-kawan, akhirnya secara natural menghapus semua alasan untuk memisahkan keduanya. Sehingga tergenapilah apa yang dikatakan dalam sepenggal dialog dari film ini.
"Kita memang berbeda secara keyakinan, tetapi sefitrah secara kemanusiaan"
Diakhir cerita, film yang secara makna mengisahkan percintaan spiritual antara ayahanda Rasulullah SAW (Abdullah) dan Ibunda dari Yesus Kristus (Maria) berhasil menghabisi semua argumen dan alasan penantang cinta Abdul & Maria. Akhirnya, keduanya menjalani takdir cinta yang harganya sangat mahal.
Kisah dramatis film ini, melampaui kisah cinta Romeo dan Juliet. Sehingga kita sampai pada kesimpulan bahwa cinta adalah jawaban dari semua pertanyaan dan perbedaan.
"Tuhan menciptakan manusia dalam berbagai bangsa tetapi mengikatnya dalam satu fitrah cinta dan kemanusiaan yang sama"