Beijing (ANTARA) - Musibah banjir dan tanah longsor akibat intensitas hujan yang tinggi di wilayah selatan dan tengah China dalam dua hari terakhir menewaskan sejumlah warga setempat.
Tanah longsor di Kota Beiliu, Daerah Otonomi Guangxi, Kamis (9/6), telah menewaskan tujuh warga dan seorang warga lainnya hilang yang sampai sekarang masih belum ditemukan.
Sementara banjir bandang di Provinsi Hunan, Rabu (8/6), telah menewaskan 10 warga dan tiga warga lainnya hilang.
Banjir di Hunan tersebut juga berakibat diungsikannya 1,79 juta jiwa warga dan kerugian materi yang ditimbulkan telah mencapai angka 4 miliar yuan (Rp8,7 triliun) sebagaimana laporan media-media lokal di China.
Badan Meteorologi China (CMA) memperkirakan hujan yang turun di wilayah selatan dan baratdaya, seperti Provinsi Fujian, Provinsi Guangdong, dan Provinsi Guizhou mulai Kamis (9/6) akan berlangsung hingga Jumat.
Hujan dengan intensitas tinggi di wilayah selatan diperkirakan akan memicu bencana sekunder seperti banjir bandang dan tanah longsor, demikian CMA.
Sebelumnya bencana tanah longsor di Provinsi Fujian, wilayah timur China menyebabkan delapan warga tewas tertimbun dua bangunan yang runtuh pada Jumat (27/5).
Hujan deras dengan intensitas 220 mm mengguyur Kabupaten Wuping selama 24 jam sejak Kamis (26/5) malam, demikian otoritas setempat, Sabtu.
Kantor Informasi Publik Wuping menyebutkan lima orang ditemukan tewas di bawah puing-puing bangunan yang roboh akibat bencana tersebut.
Sementara tiga warga lainnya, menurut otoritas setempat, tewas tertimpa bangunan permukiman yang ambruk.
Hujan deras di daerah tersebut juga merusak ladang pertanian, memutuskan jalan utama dan jaringan listrik sehingga 9.700 jiwa warga terdampak, termasuk 1.600 warga yang dievakuasi ke tempat aman.
Evakuasi warga dan upaya pemulihan pascabencana masih berlangsung, menurut laporan media lokal.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Longsor di Guangxi tewaskan 7 warga, banjir di Hunan telan 10 nyawa