Jakarta (ANTARA) - Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan RSUP Persahabatan, dr. Prasenohadi, Sp.P, KIC, Ph.D mengatakan bahwa gejala pasien terinfeksi varian Omicron dapat menjadi ringan karena adanya efektivitas vaksinasi yang terbukti melindungi tubuh.
"Pada kasus Omicron, memang kebanyakan kasus yang ringan, mungkin karena faktor pengaruh dari efektivitas vaksinasi," kata Prasenohadi dalam Talkshow Menjaga Pandemi Tetap Landai Pasca-Natal dan Tahun Baru secara daring diikuti di Jakarta, Kamis.
Prasenohadi menuturkan gejala pada varian Omicron sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gejala yang ditimbulkan dari varian virus lainnya. Gejala itu umumnya seperti demam, batuk, sesak nafas. Pada gejala yang tidak khas, paling tidak seperti sakit kepala dan nyeri otot pada tubuh.
Kalaupun ada pasien yang kembali terkena COVID-19 akibat dari Omicron meski sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap, hal tersebut dapat terjadi karena berkurangnya antibodi yang disebabkan oleh penurunan efikasi pada vaksin yang sudah diberikan.
Sedangkan berbicara mengenai ringannya gejala pada rata-rata pasien Omicron di Indonesia, dia mengatakan kemungkinan diakibatkan dari cakupan vaksinasi yang sudah meluas. Sehingga belum ditemukan adanya kasus kematian akibat varian baru tersebut. Berbeda dibandingkan pada saat varian Delta datang.
"Pada kasus dengan Delta, di mana vaksinasi belum banyak dilakukan dan sepertinya virus datang lebih hebat. Maka kita lihat banyak kasus dengan kematian akibat infeksi varian dari Delta lebih banyak," tegas dia.
Kembali menegaskan, dia mengatakan vaksin sangat membantu mencegah gejala akibat COVID-19 pada seseorang menjadi berat dan terbukti dapat mencegah atau paling tidak menimbulkan efek yang lebih ringan.
Contohnya pada negara maju seperti di Amerika Serikat masih bisa terkena gelombang Omicron. Hal itu disebabkan karena banyaknya pasien di instalasi gawat darurat belum divaksinasi dan berakhir dengan gejala berat.
Oleh sebab itu, dia meminta kepada seluruh masyarakat untuk segera divaksinasi. Selain itu, bila masyarakat merasakan gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya, diharap untuk segera pergi melakukan konsultasi ke fasilitas terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan pemantauan lebih lanjut.
Sedangkan pada pemerintah dia meminta supaya pemberian vaksin booster dapat dilaksanakan guna membentuk kembali antibodi yang sudah menurun sebelumnya.
"Jadi bisa juga (Omicron mengenai) pada orang yang sudah mendapatkan booster. Makanya booster menjadi hal yang sangat penting dalam menghadapi kasus dengan Omicron. Jadi sepertinya dua kali vaksinasi tidak cukup dalam menghadapi virus itu," kata dia.
Berita Terkait
Dokter sebut Subvarian XBB mempunyai kekhasan cepat menyebar tapi gejala ringan
Selasa, 1 November 2022 22:08
Subvarian Omicron BA.2.75 asal India sudah masuk Indonesia
Senin, 18 Juli 2022 16:05
Jubir sebut subvarian Omicron dominasi 81 persen varian COVID-19 nasional
Rabu, 13 Juli 2022 19:18
Wisma Atlet mencatat sebanyak 19 pasien Omicron subvarian BA4 dan BA5
Selasa, 12 Juli 2022 13:49
Menkes sebut meski laju kasus 2.000 per hari, Indonesia masih di level 1
Minggu, 26 Juni 2022 17:49
Sebanyak 20 pasien subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah sembuh
Kamis, 16 Juni 2022 17:05
Diperkirakan puncak Omicron varian baru BA.4 dan BA.5 maksimum capai 25.000 kasus per hari
Kamis, 16 Juni 2022 14:13
Di Indonesia, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia jadi 20 kasus
Selasa, 14 Juni 2022 15:48