Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari dan Direktur Utama Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Meidyatama Suryodiningrat menanda tangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama mengkampanyekan rencana Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032, kepada seluruh masyarakat.
Pada penandatanganan MoU itu di Kantor KOI, Jakarta, Kamis, Oktohari mengatakan keputusan memilih Kantor Berita Antara sebagai partner kerja sama karena Antara merupakan salah satu media yang selama ini selalu mendukung dan menyajikan pemberitaan positif.
“Kami ingin berita-berita positif. Ini yang sedang kami lakukan di antara ketakutan dan kecemasan (pandemi COVID-19), tapi kami membawa berita yang fresh bahwa 2032 kita akan jadi tuan rumah Olimpiade,” kata Oktohari.
Oktohari menjelaskan bahwa pencalonan tuan rumah Olimpiade harus didukung penuh oleh pemerintah dan masyarakat yang bahkan menjadi syarat utama saat bidding. Dukungan masyarakat harus terukur dan penilaiannya akan dilakukan oleh lembaga independen yang ditunjuk langsung oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Dia mengharapkan bantuan pemberitaan yang disajikan Antara bisa meyakinkan publik Indonesia dan dunia bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah Olimpiade.
“Kami sangat optimistis kita bisa meyakinkan bangsa dan warga dunia bahwa Indonesia mampu menjadi negara dan mencetak sejarah baru, yaitu untuk pertama kali diselenggarakan di Asia Tenggara,” kata dia.
Sementara itu, Meidyatama menanggapi bahwa kerja sama ini adalah salah satu kewajiban dan tugas Antara sebagai Kantor Berita Nasional dalam turut menyukseskan program strategis nasional, termasuk rencana tuan rumah Olimpiade 2032 itu.
Pemberitaan terkait Indonesia yang mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 juga diharapkan dapat memberikan harapan kepada masyarakat Indonesia di tengah situasi sulit seperti saat ini.
“Apa yang menjadi usaha dan niat dari KOI adalah sesuatu yang bisa memberikan harapan kepada bangsa ke depan. Ayo kita jadikan hari ini sebagai suatu momentum tidak hanya tanda tangan dua ketua, tetapi diikuti kerja yang nyata,” kata Meidyatama.