Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Erwin Aksa menyatakan bisnis nikel sedang tren di kawasan Indonesia Timur, karena mineral tersebut bermanfaat guna pembuatan baterai berbagai jenis barang sehari-hari.
"Sekarang di Indonesia wilayah Timur yang sedang booming adalah nikel," kata Erwin Aksa di Jakarta, Jumat.
Menurut Chairman of the Board PT Bosowa Corporindo itu, investasi terbesar dari mineral nikel ada di Timur, seperti di Sulawesi, Maluku, hingga ke Papua.
Apalagi, ia menyebutkan bahwa Indonesia adalah produsen ferronikel terbesar, yang juga terbantu dengan kebijakan pelarangan ekspor nikel.
Mineral tersebut, lanjutnya, sangat bermanfaat untuk manufaktur industri baterai guna dipakai untuk kepentingan seperti mobil listrik.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato kunci dalam Abu Dhabi Sustainability Week (ADSB) 2020 mengangkat isu soal nikel Indonesia yang berkontribusi besar dalam industri baterai litium untuk ponsel.
“Saya akan memulai, berbagi dengan Anda, sejumlah prediksi dalam 10 tahun, banyak di antara Anda akan membawa sebagian kecil dari Indonesia dalam kantong atau tas Anda, setiap hari. Pikirkan sebentar, tentang ponsel pintar Anda,” kata Presiden Joko Widodo dalam pidato kuncinya di Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) 2020 di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC), Senin (13/1).
Presiden Jokowi yang menjadi satu-satunya kepala negara yang memberikan pidato kunci dalam acara itu mengajak audiens untuk membayangkan baterai lithium-ion yang terbuat dari nikel.
Ia mengatakan sekitar 50 persen baterai lithium-ion terbuat dari nikel.
"Sementara Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, baterai lithium-ion di dalam ponsel pintar Anda boleh jadi mengandung nikel dari Indonesia," kata Jokowi.
Maka kata dia, dalam 10 tahun setiap waktu siapa saja melihat ponsel pintar mereka mungkin saja akan mengingatkan bagian kecil dari mineral Indonesia.
Ia menekankan peran Indonesia dalam memasok dunia dengan nikel sebagai bagian dari kontribusi negara terhadap masa depan energi dalam hal ini masa depan penyediaan energi.
“Elektrifikasi dari sistem transportasi kami seperti transisi ke kendaraan elektrik akan meningkatkan kebutuhan baterai lithium-ion dan nikel,” katanya.