Jakarta (ANTARA) - Dari persepektif medis, prosedur sunat atau khitan bagi laki-laki tidak ada usia tertentu yang dianggap optimal, demikian menurut dokter spesialis bedah anak Yessi Eldiyani dari RS Pondok Indah, Bintaro Jaya.
"Apabila tidak ada masalah atau indikasi medis tertentu, pembuangan kulup penis (sirkumsisi) bisa dilakukan kapan saja," kata Yessi dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu.
Orang tua seringkali membawa anaknya untuk dikhitan sejak dini dan pada bayi prosedur khitan sama saja dengan anak usia sekolah, hanya saja penggunaan bius lebih sedikit.
"Risiko khitan saat bayi, usia balita, hingga usia sekolah juga relatif sama," kata Yessi.
Yessi mengatakan sisi positif melakukan khitan saat anak masih bayi adalah proses penyembuhan yang bisa lebih cepat karena bayi belum terlalu banyak bergerak.
Sebagian besar operasi sunat, menurut Yessi, memang bukan disebabkan oleh alasan medis, tapi latar belakang agama atau budaya.
Baca juga: Benarkah ada model khusus untuk sunat?
Alasan sunat
Sunat harus dilakukan karena masalah kesehatan bila terjadi fimosis yang patologis (karena penyakit).
Fimosis adalah kulup penis yang melekat kencang pada kepala penis sehingga tidak dapat ditarik ke belakang melewati kepala penis.
Kondisi ini umum terjadi pada anak berusia dua hingga enam tahun. Seiring waktu, kulup penis seharusnya mulai terpisah dari kepala penis secara alami. Namun, bagi beberapa anak, kulup penis masih belum dapat ditarik ke belakang hingga usia 17 tahun.
Fimosis itu biasanya berhubungan dengan peradangan pada kepala penis (balanitis) dan peradangan pada kulup dan kepala penis (balanopostitis) yang terjadi secara berulang. Fimosis masih dianggap wajar dan tidak menimbulkan masalah selama terjadi saat masih bayi dan balita.
Khitan juga dilakukan bila terjadi infeksi saluran kemih berulang serta paraphimosis, yakni keadaan saat penis yang tidak dikhitan (preputium) yang telah ditarik ke bagian belakang, tidak dapat dikembalikan pada posisi semula.
Ada banyak manfaat khitan, di antaranya menurunkan risiko terjadinya infeksi pada saluran kemih, menjaga terjadinya balanitis dan balanopostitis.
Sirkumsisi juga dapat mencegah terjadinya fimosis dan paraphimosis, yaitu ketika kulup tidak bisa ditarik kembali dan terjebak di sekitar ujung penis.
Baca juga: Siapa orang yang tidak boleh disunat?