Gorontalo (Antara News) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone Bolango menolak kebijakan beras impor, khususnya yang masuk ke daerah itu, karena saat ini kondisinya surplus dari panen petani.
"Dengan berbagai upaya yang lakukan untuk meningkatkan produktivitas padi sawah dari tahun ke tahun, Kabupaten Bone Bolango belum pernah mengalami defisit beras, justru sudah surplus. Jadi kami di Bone Bolango tak butuh beras impor," kata Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DPPKP) Kabupaten Bone Bolango Fenny Monoarfa, Rabu.
Masuknya beras-beras impor di daerah itu, bisa saja mengganggu pasaran beras lokal dari petani.
Menurut Fenny, untuk tahun 2015 terjadi peningkatan produktivitas padi yang sangat signifikan, yakni rata-rata mencapai 6,1 ton/hektare.
Produksi itu dinilai cukup tinggi dibandingkan tahun 2014 yang hanya mencapai 5,1-5,2ton/hektare.
"Sehingga Kabupaten Bone Bolango selalu surplus beras sekitar 6 ribu ton," ujarnya.
Karena surplus beras, maka Kabupaten Bone Bolango dianggap tak butuh beras impor, bahkan dinilai bisa ekspansi beras keluar untuk dijual ke daerah lain.
Beras dari Kabupaten Bone Bolango banyak disuplai ke Provinsi Sulawasi Utara (Sulut) dan sebagian ke Sulawesi Tengah (Sulteng).
Rahmat, salah satu petani di Bone BOlango menilai panen tahun ini cukup banyak, karena dukungan dan pendampingan dari pemda setempat.
"Makanya kami meminta pemerintah untuk menjaga produksi beras kami agar bisa laku di pasaran, dengan menolak adanya beras-beras impor," ujarnya.