Gorontalo (Antara News) - Sejumlah warga terkena dampak kemarau panjang yang terjadi di Kota Gorontalo, menanti bantuan kebutuhan pokok yang telah dijanjikan pemerintah kota (pemkot) setempat pada beberapa waktu lalu.
"Beberapa waktu lalu, pemerintah kelurahan telah mendata warga yang terkena bencana kemarau dan dijanjikan untuk memperoleh bantuan, namun hingga saat ini belum ada," kata Usman M, salah seorang warga di Kota Gorontalo, Rabu.
Usman yang punya tangungan menghidupi 8 orang jiwa itu mengatakan, saat ini kondisi lahan perkebunan warga di perbukitan tidak bisa ditanami lagi karena sudah kering, sehingga sangat sulit untuk mengandalkan tanam seperti sayur-sayuran dan bahan kebutuhan memasak lainnya, yang biasa dijual di pasar dari hasil kebun.
Menurut dia, di wilayah pegunungan yang ada di Kecamatan Kota Barat sekitar 2.000 jiwa sangat membutuhkan bantuan pemerintah, dan beberapa waktu lalu pernah dijanjikan oleh pemerintah untuk mendapat bantuan beras, namun hingga kini tidak ada realisasinya.
"Kami tidak ingin dianggap sebagai pengemis dan mengharapkan bantuan, namun karena keadaan," kata Usman.
Hal serupa diutarakan oleh Ram Hasania salah seorang warga yang selama ini tinggal di wilayah pegunungan, bahwa areal perkebunan sudah tidak dapat diandalkan lagi untuk menopang kehidupan sehari-hari warga.
"Biasanya setiap pekan warga menjual hasil perkebunannya di pasar, namun sejak dua bulan terakhir ini tidak lagi," kata Ram.
Kepala Dinas Sosial Kota Gorontalo Nikson Rahman mengakui, bahwa memang pemerintah Kota Gorontalo telah merencanakan untuk membantu warga yang terkena dampak kekeringan di daerah ini, namun sampai saat ini belum terealisasikan, padahal data dari masing-masing lurah sudah masuk.
Dia menjelaskan, salah satu kendala yang dihadapi untuk memperoleh jatah bantuan beras dari Bulog adalah, belum adanya surat dari badan penangulangan bencana daerah, yang menyatakan bahwa Kota Gorontalo telah dilanda kekeringan.
"Kalau surat dari badan penanggulangan bencana sudah ada maka akan diteruskan ke Bulog," kata Nikson.