Kupang (Antara News) - Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Achmad Yuliarto mengatakan jajarannya memilih untuk membudidayakan tanaman kelor (moringa oleifera), karena kandungan gizinya tinggi serta berkhasiat obat, dan merupakan pohon ajaib (the miracle tree).
"Kandungan gizi serta khasiat obat pada daun kelor, menurut hasil penelitian para ahli, justru di luar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya," katanya di Kupang, Selasa, ketika ditanya soal motivasi jajaran Korem 161/Wirasakti Kupang, Nusa Tenggara Timur membudidayakan tanaman tersebut.
Dia menjelaskan, dari sejumlah hasi penelitian, daun kelor mengandung nutrisi dalam jumlah yang sangat tinggi, yang mudah dicerna dan diasimiliasi oleh tubuh manusia.
Bahkan, katanya menambahkan, jumlahnya berlipat-lipat dari sumber makanan yang selama ini dikonsumsi sebagai sumber nutrisi di banyak negara.
Kelor, lanjut jenderal berbintang satu itu, diketahui mengandung lebih dari 40 antioksida dan 90 jenis nutrisi berupa vitamin essensial, mineral, asam amino, anti penuaan dan anti inflamasi.
Selain itu, kelor juga mengandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional di Afrika dan India (Ayurvedic), serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit.
"Atas dasar itu, kami menyediakan lahan seluas sekitar 300 hektare untuk budidaya tanaman kelor, karena tanaman tersebut juga memiliki sejumlah manfaat sosial, ekonomi dan ekologi," ujarnya.
Dikatakannya, kelor dapat memberikan manfaat sosial, ekonomi dan ekologi bagi masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) secara langsung.
Dari aspek sosial, menurut Danrem, akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat, karena proses pengolahan tanaman kelor dilakukan secara manual, seperti melepas helaian daun kelor dari tangkainya dan mengupas cangkang biji untuk diambil kernelnya.
Proses pengolahan tanaman kelor itu, lanjut Danrem, akan dilakukan melalui pendekatan padat karya, yang dapat diarahkan untuk memberikan pendapatan harian bagi masyarakat kurang mampu dan menekan jumlah pengangguran berserta dampak sosial lainnya.
Manfaat ekonomisnya, harga jual setiap item tanaman kelor, mulai dari daun, biji dan bunga, dari hasil penanaman yang sangat sederhana dan mudah.
"Kelor, sangat mudah tumbuh dan akan tetap hidup hingga berusia 60 tahun, apalagi iklim dan unsur hara tanah seperti di NTT sangat cocok," katanya.
Untuk manfaat ekologinya, yakni terjadinya peresapan air tanah, karena pohon kelor, memiliki sifat menyimpan air dalam akarnya. Selain itu, juga akan bisa mengendalikan erosi serta menjernihkan air.
Iklim seperti di NTT, kata dia, sangat cocok untuk budidaya kelor, karena bisa membuat sejumlah sumber mata air yang baru, ikut memperbaiki iklim mikro dan menyerap CO2 dengan baik.
Menurut Danrem, seluruh budidaya kelor yang sedang dikembangkan itu, akan dijual ke CV Morindo (Moringa Indonesia).
Danrem mengatakan, untuk tahun ini, Koperasi Korem 161/WS Kupang, segera mengirim, masing-masing satu ton daun kelor, seton biji kelor dan seton bunga kelor.
"Dalam kurun waktu enam bulan ini, kami siap penuhi permintaan yang ditawarkan CV Morindo Indonesia," demikian Danrem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Achmad Yuliarto.