Kendari, (Antara News) - Kepala Bandan Geologi Kementerian ESDM-RI, Dr R Sukyar mengatakan, dalam rangka pengembangan wilayah yang terus maju dan berkembang, setiap daerah harus memikirkan untuk pembuatan peta resiko gempa skala mikro (Mikrozonasi).
"Walaupun Sulawesi Tenggara secara keseluruhan tidak tergolong rawan gempa, namun pemerintah harus memikirkan untuk membangun peta resiko gempa skala makro," kata Sukyar, saat memberikat keterangan pada wartawan usai menghadiri Seminar Nasional, hasil kegiatan dan peluncuran buku Geologi Sulawesi, yang dibuka Gubernur Sultra, H Nur Alam di Kendari, Selasa.
Sukyar yang didampingi salah seorang peneliti Geologi Kementerian ESDM, Asdani Soehaimi, potensi gempa si Kota Kendari dan Sultra pada umumnya tetap saja ada namun getarannya tidak sedasyat di Sulawesi Tengah (Palu) karena diwilayah itu ada patahan aktif.
Patahan aktif di Sulawesi Tengah yang dikenal dengan patahan Palu-Koro, memiliki 19 lajur patahan aktif, artinya bahwa bila terjadi gempa diwilayah itu, akan berpengaruh di Sulawesi Tenggara khususnya di wilayah Lasolo Kabupaten Konawe Utara.
Saat ini, kata dia peta mikrozonasi yang sudah ada di provinsi diantaranya DKI, Jogyakarta, Palu dan Padang, disamping beberapa daerah yang direncanakan untuk pembangunan peta resiko gempa.
Mengenai penganggaran untuk membangun peta mikrozonasi, Asdani Soehaimi mengatakan, bisa `sharring` anatar pemerintah pusat dan daerah. Dan bisa juga daerah itu sendiri sepanjang memiliki kemampuan pendanaan.
Gubernur Sultra Nur Alam saat membuka seminar Geologi terkait hasil penelitain para ahli dibidang tanah dan bebatuan mengatakan, Sultra memiliki petensi hasil tambang yang cukup luas dan menjanjikan.
Olehnya itu kata dia, dengan seminar sehari ini, akan menghasilkan satu kesepahaman serta data aktual terkait hasil penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti geologi pada masing-masing wilayah.
Menurut gubernur, hasil kegiatan dan penelitian yang dilakukan tim peneliti, diharapkan akan berperan untuk memberikan informasi geologi dalam menunjang pengembangan wilayah dan peningkatan eksplorasi sumber daya geologi.
Seminar sehari yang diselenggarakan Badan Geologi Kementerian ESDM RI bekerjasama dengan perguruan tinggi Universitas Haluoleo Kendari itu, diikuti lebih dari 250 orang peserta yang mewakili dari berbagai instansi pemerintah provinsi kabupaten/kota, pengusaha pertambangan, perguruan tinggi, LSM dan tokoh masyarakat.