Kendari (ANTARA News) - Anggota DPR RI asal daerah pemilihan Sulawesi Tenggara, Andi Rahmat meminta aparat dan instansi terkait untuk memperketat pengawasan penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi yang saat ini kuotanya sudah hampir habis.
"Kuota BBM subsidi, terutama jenis solar secara nasional diperkirakan habis paling lama pada bulan November 2012," kata anggota Komisi XI DPR RI itu melalui telepon dari Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu kata dia penyaluran BBM bersubsidi harus diawasi secara ketat sehingga tidak disalahgunakan pihak-pihak tertentu untuk mengeruk keuntungan pribadi atau kelompok.
Saat ini kata dia, pemerintah sedang mengkaji dua opsi untuk mengatasi masalah ketersediaan BBM bersubsidi tersebut.
Opsi pertama, mengusulkan penambahan kuota BBM bersubsidi dan kedua opsi kedua mengusulkan kenaikan harga BBM dalam waktu dekat ini.
"Pemerintah sendiri cenderung memilih opsi menaikkan harga BBM, karena penambahan kuota BBM bersubsidi dinilai tidak akan mampu menyelesaikan beban pembiayaan negara yang semakin berat," katanya.
Memang kata dia, solusi menaikkan harga BBM akan menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, karena kebijakan menaikkan harga BBM akan berdampak pada naiknya harga berbagai komponen kebutuhan pokok masyarakat.
Namun dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan berbagai gejolak perekonomian nasional kata dia, dampak kenaikan harga BBM tersebut akan segera bisa diatasi.
"Saya kira, masyarakat akan merasakan dampak dari kenaikan harga BBM, hanya sekitar satu atau dua bulan, setelah itu pergerakan ekonomi akan normal kembali," katanya.
Oleh karena itu kata politisi asal Partai Demokrat itu, masyarakat harus bisa memahami jika pemerintah kemudian memilih menaikkan harga BBM dari pada menambah kuota BBM bersubsidi.
Sebab, untuk menambah kuota BBM bersubsidi, pemerintah mengalami kesulitan mencari sumber-sumber pembiayaan untuk menutupi subsidi dari tambahan kuota BBM tersebut.
"Dengan menaikkan harga BBM, beban negara dalam membiayai subsidi BBM akan berkurang, karena masyarakat sudah ikut menanggung beban dari subsidi BBM," katanya.
Andi Rahmat mengaku secara pribadi lebih memilih menambah kuota BBM bersubsidi dari pada menaikkan harga BBM, karena masyarakat di beberapa daerah di Indonesia belum siap menerima kebijakan tersebut.
Namun ia juga dapat memahami jika pemerintah harus mengambil kebijakan menaikkan harga BBM, karena beban negara saat ini sudah terlampau berat. (ANT).