Kendari (ANTARA News) - Sudah menjadi kebiasan dan pemandangan sehari-hari, kapal nelayan bertonase mulai dari 5 GT (Gross Ton) hingga 50 GT antre untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Stasion Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) yang dibangun oleh Perusahaan Daerah (Perusda).
Salah seorang nelayan yang sekaligus pemilik kapal, Rusman, saat antre di SPBN di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Kendari, Senin mengatakan, terbatasnya kuota BBM jenis solar di SPBU itu membuat kapal-kapal mereka membatasi melaut untuk mencari ikan.
"Syukur-syukur, dalam sekali antre hanya bisa mendapatkan setengah dari kebutuhan kapal kami. Terkadang juga oleh pengelola SPBN itu hanya memberikan BBM sepertiga dari kebutuhan yang kami inginkan," katanya.
Ia mengatakan, tingginya kebutuhan BBM solar di SPBN itu, karena tidak hanya untuk kapal-kapal nelayan di sekitar Kota Kendari yang mendapat kuota BBM, tetapi juga kapal-kapal nelayan dari luar provinsi (Sulawesi Selatan) yang setiap hari membeli dengan jumlah jauh lebih besar dari kapal-kapal rakyat di Kota Kendari.
Kapal nelayan dari luar dengan sebutan (kapal putih) itu bisa sekali mengisi antara 500 liter hingga mencapai 1.000 liter, sementara kapal-kapal nelayan kecil di Kota Kendari, hanya kapasitas antara 200-350 liter, sehingga jangkauan untuk melakukan operasi penangkapan ikan di luar sangat sulit.
"Memang dari segi teknologi, kapal-kapal luar itu sarananya lebih lengkap dibanding dengan kapal-kapal nelayan kita," kata Abi, nelayan asal Kelurahan Lapulu, Kecamatan Abeli Kota Kendari.
Salah seorang karyawan PD Utama Sultra, pengelola SPBN Nelayan di PPS Kendari, Nurholis, mengaku bahwa keterbatasan kuota BBM jenis solar bersubsidi itu membuat para nelayan setempat sulit mendapatkan hasil tangkapan yang memadai.
"Otomatis, bila BBM yang diberikan itu hanya setengah dari kebutuhan kapal, maka mereka pun tidak bisa melaut pada jarak tertentu dan hanya bisa mencari ikan pada kedalam laut dangkal," katanya.
Ia mengatakan, setiap hari kuota BBM solar yang dipasok dari Pertamina hanya seitar 5.000-8.000 kilo liter (KL) per hari, sementara kebutuhan nelayan bisa mencapai 3 sampai 4 kali lipat dari kuota tersebut.
Akibaatnya, banyak kapal-kapal nelayan yang kadang tidak mendapatkan BBM harus pasrah dan pulang dengan kecewa untuk menunggi kuota hari berikutnya dari jadwal yang diberikan Pertamina. (ANT).