Rumbia (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero Ranting Bombana, Sulawesi Tenggara, menyatakan mengalami kerugian hingga Rp50 juta akibat pemadaman listrik secara bergiliran di wilayah itu, sejak dua pekan terakhir.
"Kami mengalami kerugian karena pembayaran nilai rekening listrik para pelanggan juga mengalami penurunan harga," kata Pengawas PT PLN Cabang Bombana, Hamid, di Rumbia, Rabu.
Menurut Hamid, kerugian itu, disebabkan oleh jumlah pembayaran tagihan rekening pelanggan yang lebih kecil dibanding dengan harga peralatan mesin pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang rusak, yang mencapai ratusan juta rupiah.
Hamid tidak menyebutkan nominal nilai tagihan rekening listrik di Bombana.
Tetapi ia menyebutkan total pelanggan per Desember 2011 telah mencapai 3.316 Kepala Keluarga (KK), yang tersebar di hampir semua wilayah daratan Rumbia.
Dari jumlah pelanggan tersebut, lanjut Hamid, semestinya dilayani dengan mesin berkapasitas 1.500 kilo watt (KW), namun karena terjadinya kerusakan pada mesin sehingga jumlah beban daya yang dikeluarkan oleh PT PLN Persero Ranting Bombana dikurangi menjadi 1.100 KW.
Pengurangan beban daya tersebut, kata dia, ditandai dengan terjadinya pemadaman listrik secara bergilir berdasarkan pengelompokkan wilayah di 15 gardu yang mencakup gardu 01, 02, 03 dan 04 Lauru, BTN Pasir Putih dan Rumah Sakit Umum Daerah Bombana, gardu LBS Hukaea, Gardu 01, 04 dan 05 Lameroro, Gardu 01 dan 03 Telkom, Gardu 01, 02 Doule.
"Pemadaman itu telah berlangsung sejak 10 Desember sampai hari ini, dengan waktu pemadaman berkisar 3 sampai 4 jam," katanya.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa saat ini sebanyak empat unit mesin PLTD masing-masing dua unit berkapasitas 200 KW dan dua unit lainnya berkapasitas 400 KW, sedang mengalami kerusakan serius pada dinamo.
"Tiga unit mesin yang rusak itu, karena usianya yang sudah puluhan tahun, sedangkan satu unit lainnya berkapasitas 400 KW, belum lama didatangkan dari Makassar-Sulawesi Selatan," katanya.
Hamid mengatakan, pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki kerusakan mesin tersebut, dengan biaya yang dikeluarkan sudah mencapai Rp50 juta.
"Tetapi sampai hari ini, juga kami belum bisa memastikan kapan keempat unit mesin yang rusak itu bisa difungsikan kembali," katanya.(Ant).