Manokwari (Antara News) - Pemerintah Provinsi Papua Barat menghentikan pengiriman pelajar dan mahasiswa ke Jerman dan China.
Kepala Bidang Perdidikan Tinggi Dinas Pendidikan Papua Barat Sudjanti Kamat di Manokwari, Senin, mengatakan, sudah sejak beberapa tahun terakahir Papua Barat mengalihkan tujuan beasiswa pendidikan ke Australia dan Selandia Baru.
Dia menyebutkan, pengiriman pelajar dan mahasiswa ke China dan Jermaan terakhir dilakukan pada tahun 2014. Beberapa mahasiswa saat ini masih menjalani proses studi sebagian di antaranya sudah selesai.
Sudjanti mengutarakan, mahasiswa Papua Barat yang masih menempuh studi di China sebanyak 21 orang. Mereka masuk kuliah sejak 2012.
"Untuk Jerman, dari 54 mahasiswa yang diberangkatkan secara bertahap sudah banyak yang selesai. Tahun ini akan ada empat orang yang selesai dan kembali ke Papua Barat," ujarnya menambahkan.
Dia menjelaskan, pengiriman mahasiswa kedua negara itu terkendala masalah anggaran dan teknis pelaksanaan kursus bahasa. Seperti halnya di Jerman, sebelum studi berlangsung mahasiswa harus menjalani kursus bahasa antara satu hingga dua tahun.
Sudjanti mengatakan, pengiriman pelajar dan mahasiswa ke Australia sudah dilakukan sejak 2014. Saat ini jumlah pelajar yang menempuh pendidikan setara Sekolah Menengah Atas (SMA) di Australia sudah sebanyak 15 orang dan 35 untuk mahasiswa.
"Mereka terpusat di Darwin dan diberangkatkan secara bertahap sejak 2014. Tahun ini masuk pada angkatan ke tiga," ujarnya.
Sementara untuk Selandia Baru, Papua Barat baru memberangkatkan lima mahasiswa yang menempuh pendidikan pada jurusan peternakan. Kendala utama dalam program ini adalah masalah penguasaan bahasa.
Kepala Bidang Perdidikan Tinggi Dinas Pendidikan Papua Barat Sudjanti Kamat di Manokwari, Senin, mengatakan, sudah sejak beberapa tahun terakahir Papua Barat mengalihkan tujuan beasiswa pendidikan ke Australia dan Selandia Baru.
Dia menyebutkan, pengiriman pelajar dan mahasiswa ke China dan Jermaan terakhir dilakukan pada tahun 2014. Beberapa mahasiswa saat ini masih menjalani proses studi sebagian di antaranya sudah selesai.
Sudjanti mengutarakan, mahasiswa Papua Barat yang masih menempuh studi di China sebanyak 21 orang. Mereka masuk kuliah sejak 2012.
"Untuk Jerman, dari 54 mahasiswa yang diberangkatkan secara bertahap sudah banyak yang selesai. Tahun ini akan ada empat orang yang selesai dan kembali ke Papua Barat," ujarnya menambahkan.
Dia menjelaskan, pengiriman mahasiswa kedua negara itu terkendala masalah anggaran dan teknis pelaksanaan kursus bahasa. Seperti halnya di Jerman, sebelum studi berlangsung mahasiswa harus menjalani kursus bahasa antara satu hingga dua tahun.
Sudjanti mengatakan, pengiriman pelajar dan mahasiswa ke Australia sudah dilakukan sejak 2014. Saat ini jumlah pelajar yang menempuh pendidikan setara Sekolah Menengah Atas (SMA) di Australia sudah sebanyak 15 orang dan 35 untuk mahasiswa.
"Mereka terpusat di Darwin dan diberangkatkan secara bertahap sejak 2014. Tahun ini masuk pada angkatan ke tiga," ujarnya.
Sementara untuk Selandia Baru, Papua Barat baru memberangkatkan lima mahasiswa yang menempuh pendidikan pada jurusan peternakan. Kendala utama dalam program ini adalah masalah penguasaan bahasa.