Kendari (ANTARA) - Generasi muda Wakatobi, Sulawesi Tenggara, didorong untuk mengenali kembali kearifan lokal sebagai fondasi pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan melalui Lomba Video Konten Kreasi.
Kegiatan ini merupakan inisiasi kolaboratif antara Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW) dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).
Kegiatan lomba yang berlangsung sejak 8 September hingga 8 Oktober 2025 ini melibatkan pelajar SMA dan anggota Kelompok Pecinta Alam (KPA) dari empat pulau besar di Wakatobi: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Kepala BTNW La Ode Ahyar T. Mufti, Selasa, menyatakan bahwa lomba ini bertujuan mendorong anak muda untuk menggali kembali kearifan lokal yang mulai tergerus oleh perubahan sosial dan ekonomi.
“Bagi kami, kearifan masyarakat Wakatobi bukan hanya bagian dari budaya, tetapi juga bagian penting dari sistem konservasi,” kata Ahyar.
Ia menyebutkan tradisi seperti buka-tutup wilayah laut, alat tangkap ramah lingkungan, dan tata ruang adat merupakan bentuk nyata pengelolaan alam yang selaras dengan prinsip konservasi modern.
"Generasi muda perlu melihat bahwa adat bukan masa lalu, tetapi jalan menuju masa depan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Dari total 25 video yang dikirimkan, dewan juri menetapkan empat karya terbaik yang berhasil mengangkat nilai-nilai lokal Wakatobi.

Juara pertama diraih oleh Rahma Aulia dari SMA Negeri 4 Wangi-Wangi, yang menyoroti kearifan lokal Polo, alat tangkap ikan tradisional yang mencerminkan keseimbangan ekosistem dan kebutuhan manusia.
“Saya belajar bahwa menjaga laut bukan hanya tugas pemerintah atau orang dewasa, tapi juga anak muda. Dengan video ini, saya ingin menunjukkan bahwa adat kita punya cara sendiri untuk hidup selaras dengan alam,” kata Rahma usai menerima penghargaan.
Sementara itu, Juara kedua diraih tim dari KPA Toburi Tomia dengan tema Kulu-kulu (alat tangkap ramah lingkungan). Juara ketiga dimenangkan siswa SMA Negeri 1 Kaledupa yang mengangkat sistem buka-tutup di Desa Sombano, dan juara favorit diraih siswa SMA Negeri 2 Wangi-Wangi yang menampilkan budaya Hekente, tradisi masyarakat pesisir saat air surut.
Selain lomba video, YKAN terus berupaya memperkuat kapasitas masyarakat adat di Wakatobi melalui pendekatan SIGAP (Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan).
Koordinator Program Wakatobi YKAN La Ode Arifudin menjelaskan bahwa adat di Wakatobi adalah sistem sosial yang menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. YKAN melihat generasi muda sebagai jembatan penting untuk melanjutkan nilai-nilai ini, termasuk melalui media digital.
“Melalui kerja sama dengan BTNW, YKAN berkomitmen membantu revitalisasi peran sara adat di tiap pulau agar tetap menjadi penjaga utama kearifan lokal,” ujar Arifudin.
Arifudin melanjutkan, kolaborasi YKAN dan BTNW juga diarahkan untuk memperkuat pengelolaan kawasan konservasi berbasis masyarakat, mencakup pengumpulan data keanekaragaman hayati, pengembangan model pengelolaan pesisir berkelanjutan, dan pelibatan masyarakat adat dalam perencanaan tata ruang.
"Kami percaya, konservasi yang berhasil adalah konservasi yang hidup bersama masyarakatnya,” jelasnya.

