Kendari (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andap Budhi Revianto mengatakan Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra pada November 2024 mencatatkan inflasi bulanan sebesar 0,29 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,30 persen, Senin.
Dari data statistik yang dikeluarkan, lanjutnya di Kendari, Senin, kelompok pengeluaran yang menyumbang inflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,83 persen, dengan andil deflasi 0,27 persen.
Beberapa komoditas yang berkontribusi pada inflasi bulanan di Sultra antara lain tomat dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen, ikan layang dengan andil inflasi sebesar 0,07persen, dan bawang merah yang memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen.
Meskipun demikian terdapat komoditas yang justru memberikan andil deflasi terhadap inflasi bulan ini, seperti beras yang memberikan andil deflasi sebesar 0,05 persen, ikan kembung dengan andil deflasi 0,03 persen, serta ikan bandeng dan telur ayam ras yang masing-masing memberikan andil deflasi sebesar 0,02 persen.
Secara tahunan, kata dia, inflasi Sultra tercatat sebesar 1,05 persen, yang berada di bawah rata-rata inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,55 persen. Dalam peringkat inflasi year on year (yoy) antar-provinsi, menurut dia, Sultra menempati posisi ke-9 dari 38 provinsi di Indonesia.
Inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Papua Tengah sebesar 4,35 persen, sementara inflasi terendah tercatat di Kepulauan Bangka Belitung (Babel) yang hanya mencapai 0,22 persen.
Beberapa komoditas yang berkontribusi pada inflasi yoy di Sultra antara lain Sigaret Kretek Mesin (SKM) dengan andil inflasi sebesar 0,33 persen, emas perhiasan dengan andil 0,31 persen, serta ikan cakalang yang memberikan andil inflasi sebesar 0,09 persen.
Sedangkan komoditas yang berhasil menekan laju inflasi tahunan antara lain angkutan udara dengan andil deflasi 0,15 persen, cabai rawit yang memberikan andil deflasi 0,11 persen, dan beras yang memberikan andil deflasi sebesar 0,09 persen.
Tingkat inflasi yoy di kabupaten/kota di Sultra juga bervariasi dengan inflasi terendah di Kabupaten Konawe sebesar 0,20 persen, sementara inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Kolaka yang mencapai 2,09 persen.
Secara keseluruhan perkembangan inflasi di Sultra pada November 2024, kata dia, menunjukkan angka yang masih terkendali, dengan inflasi yoy relatif rendah dibandingkan dengan angka nasional. Posisi Sultra yang berada di peringkat ke-9 dari 38 provinsi mencerminkan stabilitas harga yang cukup baik di tingkat regional.
Andap Budhi Revianto memberikan apresiasi terhadap hasil yang dicapai dalam pengendalian inflasi bulan November 2024. Ia menekankan pentingnya sinergisitas dan kolaborasi para pihak dalam menjaga kestabilan harga dan ketersediaan barang di daerah.
“Angka inflasi yang terkendali ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh pihak yang terlibat, terutama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan stakeholder terkait. Kami akan terus memantau dinamika pasar dengan lebih intensif, serta memperkuat langkah-langkah inovatif agar dapat menjaga stabilitas harga dan ketersediaan komoditas untuk masyarakat,” ujar Andap.
Selain ia menekankan pengendalian inflasi merupakan bagian dari upaya untuk mendukung perekonomian daerah yang stabil dan berkelanjutan.
"Sinergisitas dan kolaborasi yang terjalin antara pemerintah daerah melalui TPID, pelaku pasar, dan masyarakat sangat penting. Ke depan kami akan terus memperkuat koordinasi agar harga-harga tetap stabil, dengan memanfaatkan berbagai instrumen kebijakan dan intervensi pasar yang diperlukan,” ucapnya.