USK gelar konferensi internasional bahas perikanan menuju ekonomi biru
Banda Aceh (ANTARA) - Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Kamis, menyelenggarakan International Conference on Fisheries and Environmental Sciences (ICFAES) 2024 yang menghadirkan pakar-pakar dunia yang membahas tentang kelautan dan perikanan menuju ekonomi biru.
“Di sini kita menonjolkan bahwa kita memiliki sumber daya alam sektor kelautan dan perikanan yang luas, jadi kita ingin explore lebih dalam lagi,” kata Ketua Panitia ICFAES 2024 Dr Irma Dewiyanti SPi MSc di Banda Aceh, Kamis.
Konferensi kelautan dan perikanan kali ini mengangkat tema “Connecting Marine and Fisheries Research, Innovation, and Best Practices Toward the Blue Economy Era” dengan tujuan akhir supaya dapat menghubungkan penelitian dan inovasi kelautan perikanan menuju era ekonomi biru dengan segala potensi.
“Kami juga ingin mempersiapkan mahasiswa-mahasiswa untuk bisa bersaing secara global di bidang kelautan dan perikanan,” ujarnya.
Beberapa pakar dan peneliti dunia bidang kelautan dan perikanan yang menjadi keynote speaker di antaranya Prof Noraznawati binti Ismail dari Universiti Malaysia Terengganu, Malaysia. Kemudian Prof Mehmet Kocabas dari Karadeniz Technical University, Turkey.
Selanjutnya Prof Yutaka Takeuchi Kanazawa University, Japan, serta Prof Giovanni dan Dr Sara Pinho dari University of Melbuourne, Australia. Konferensi ini berlangsung secara luar jaringan (luring) maupun dalam jaringan (daring).
“Para speaker ini berkumpul memiliki bidang masing-masing tentang kelautan dan perikanan, ada di bidang bio teknologi perikanan, budidaya perairan, penangkapan, ada juga konservasi kelautan dan perikanan,” ujarnya.
Selain itu, FKP juga menghadirkan invited speaker di antaranya Asisten Prof Dr Mathinee Yucharoen dari Prince of Songkla University, Thailand, Dr Khor Wai Ho dari Universiti Malaysia Terengganu, Malaysia, Dr Ichsan Setiawan dari USK, Indonesia, Dr Eveline Diopere Ghent University, Belgium dan Dr Maya Puspita dari Indonesian Seaweed Association.
Selama konferensi ini, menurut dia, berkumpul para peneliti, dosen, mahasiswa, akademisi bersama-sama berdiskusi membahas bagaimana mengembangkan sektor kelautan dan perikanan ke depan baik di provinsi berjulukan Tanah Rencong itu maupun Indonesia pada umumnya.
“Kita bisa mengutarakan isu terkini tentang kelautan perikanan sehingga akan lebih berkembang di sektor kelautan dan perikanan ke depannya," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Marwan mengatakan konferensi internasional itu sangat penting dilakukan sebagai wadah untuk bertukar pengalaman, pengetahuan hingga inovasi dalam membangun sektor kelautan dan perikanan menuju ekonomi biru.
Apalagi, lanjut dia, dengan segala permasalahan dan tantangan global yang ada, maka tidak bisa berjalan secara sendiri-sendiri, tentu sangat dibutuhkan kerja kolaborasi dan inovasi.
“Dari kesempatan ini kita bisa menjalin kolaborasi, kerja sama sehingga bisa memperluas riset-riset kita, inovasi kita sehingga bisa memberikan dampak yang lebih luas,” ujarnya.
“Di sini kita menonjolkan bahwa kita memiliki sumber daya alam sektor kelautan dan perikanan yang luas, jadi kita ingin explore lebih dalam lagi,” kata Ketua Panitia ICFAES 2024 Dr Irma Dewiyanti SPi MSc di Banda Aceh, Kamis.
Konferensi kelautan dan perikanan kali ini mengangkat tema “Connecting Marine and Fisheries Research, Innovation, and Best Practices Toward the Blue Economy Era” dengan tujuan akhir supaya dapat menghubungkan penelitian dan inovasi kelautan perikanan menuju era ekonomi biru dengan segala potensi.
“Kami juga ingin mempersiapkan mahasiswa-mahasiswa untuk bisa bersaing secara global di bidang kelautan dan perikanan,” ujarnya.
Beberapa pakar dan peneliti dunia bidang kelautan dan perikanan yang menjadi keynote speaker di antaranya Prof Noraznawati binti Ismail dari Universiti Malaysia Terengganu, Malaysia. Kemudian Prof Mehmet Kocabas dari Karadeniz Technical University, Turkey.
Selanjutnya Prof Yutaka Takeuchi Kanazawa University, Japan, serta Prof Giovanni dan Dr Sara Pinho dari University of Melbuourne, Australia. Konferensi ini berlangsung secara luar jaringan (luring) maupun dalam jaringan (daring).
“Para speaker ini berkumpul memiliki bidang masing-masing tentang kelautan dan perikanan, ada di bidang bio teknologi perikanan, budidaya perairan, penangkapan, ada juga konservasi kelautan dan perikanan,” ujarnya.
Selain itu, FKP juga menghadirkan invited speaker di antaranya Asisten Prof Dr Mathinee Yucharoen dari Prince of Songkla University, Thailand, Dr Khor Wai Ho dari Universiti Malaysia Terengganu, Malaysia, Dr Ichsan Setiawan dari USK, Indonesia, Dr Eveline Diopere Ghent University, Belgium dan Dr Maya Puspita dari Indonesian Seaweed Association.
Selama konferensi ini, menurut dia, berkumpul para peneliti, dosen, mahasiswa, akademisi bersama-sama berdiskusi membahas bagaimana mengembangkan sektor kelautan dan perikanan ke depan baik di provinsi berjulukan Tanah Rencong itu maupun Indonesia pada umumnya.
“Kita bisa mengutarakan isu terkini tentang kelautan perikanan sehingga akan lebih berkembang di sektor kelautan dan perikanan ke depannya," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Marwan mengatakan konferensi internasional itu sangat penting dilakukan sebagai wadah untuk bertukar pengalaman, pengetahuan hingga inovasi dalam membangun sektor kelautan dan perikanan menuju ekonomi biru.
Apalagi, lanjut dia, dengan segala permasalahan dan tantangan global yang ada, maka tidak bisa berjalan secara sendiri-sendiri, tentu sangat dibutuhkan kerja kolaborasi dan inovasi.
“Dari kesempatan ini kita bisa menjalin kolaborasi, kerja sama sehingga bisa memperluas riset-riset kita, inovasi kita sehingga bisa memberikan dampak yang lebih luas,” ujarnya.