Jakarta (ANTARA) - Paus Fransiskus mengenakan busana bertema “Salib Nusantara” ketika memimpin misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada Kamis.
Selama perayaan Ekaristi itu, Paus tampak memakai pluviale atau mantel berkerah berwarna putih dengan ornamen Salib Nusantara di bagian depan kanan kirinya.
Ornamen tersebut juga diaplikasikan pada mitra atau topi panjang yang dipakai Paus Fransiskus, yang melambangkan spiritualitas dan kerendahan hati dalam melayani umat.
Salib Nusantara pun tampak pada kasula atau jubah yang dikenakan para uskup serta pastor/imam konselebran yang bertugas selama misa.
Menghimpun dari berbagai sumber, Salib Nusantara dibuat dengan menggabungkan simbol keagamaan universal dengan ragam kekayaan budaya Indonesia.
Salib, berbentuk sama lengan dengan pola moline atau jangkar, menciptakan dua delapan sudut melengkung yang khas dan biasanya digunakan oleh para penganut Santo Benediktus dan Ordo Benediktin.
Sentuhan budaya Indonesia terlihat pada bagian batang salib. Motif Dayak dari Kalimantan mewakili wilayah utara, Sumba dari NTT melambangkan bagian selatan, Asmat dari Papua merepresentasikan ujung timur, dan Batak dari Sumatera Utara mewakili bagian barat.
Selain itu, ditambahkan pula ornamen-ornamen khas Indonesia di antaranya empat sayap Garuda yang terinspirasi dari keindahan batik Jawa, menghiasi ruang di antara lengan salib utama.
Sementara ornamen floral dari tenun Bali mempercantik salib kecil di bagian tengah, menciptakan harmoni antara unsur-unsur visual yang kaya.
Salib Nusantara disulam dengan dominasi benang emas yang memberi kesan mewah tetapi dipadukan dengan warna-warna lain seperti perak, cokelat, kuning, merah dan putih. Perpaduan ini menyimbolkan kemuliaan Salib Kristus dalam nuansa kesederhanaan khas Nusantara.
Busana Paus Fransiskus untuk memimpin perayaan Ekaristi di GBK dibuat dengan prinsip “indah bersahaja”, yang sejalan dengan semangat pembaruan liturgis yang mengedepankan nobili simplicitate (kesederhanaan nan luhur).
Busana Paus Fransiskus khusus dipesan oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo dan Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC kepada kreator busana liturgis asal Bandung, SangKris.