Jakarta (ANTARA) - TNI Angkatan Laut berencana menambah enam kapal tunda (harbour tug/tugboat) demi memperlancar lalu lintas di pangkalan mengingat tanpa alat itu antrean kapal perang yang sandar kerap tercampur dengan kapal-kapal dagang.
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya (Laksdya) TNI Ahmadi Heri Purwono menyampaikan idealnya tiap pangkalan memiliki minimal 4–6 unit kapal tunda.
“Ke depannya, kami akan membuat (membeli, red.) enam tugboat lagi. Kalau tidak pakai tugboat itu kami antre dengan kapal-kapal dagang. Tentunya, kami juga tidak mau merepotkan. Seminimal mungkin, sebisa mungkin kami mampu untuk mandiri. Syukur-syukur kami bisa membantu masyarakat, dalam hal ini pegiat di laut untuk bisa menggunakan dermaga,” kata Wakil Kepala Staf TNI AL saat jumpa pers selepas upacara serah terima dua unit kapal tunda baru di Galangan Noahtu Shipyard, Tanjung Priok, Jakarta, Senin.
Dia menambahkan penambahan itu kemungkinan dapat terwujud setelah 2023 karena proses membuat 1–2 unit tugboat setidaknya membutuhkan waktu kurang lebih sembilan bulan.
“Tahun depan mungkin ya. Ini sudah Agustus. Kami bertahap menyesuaikan dengan anggaran,” kata Laksdya Ahmadi.
Dalam kesempatan yang sama, penambahan itu juga menjadi upaya peningkatan kesiapan tempur TNI AL, mengingat banyak kapal tunda yang ada saat ini usianya di atas 20 tahun. Kapal tunda menjalankan peran yang penting dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL, karena salah satu fungsinya membantu kapal-kapal perang sandar di pangkalan.
Dia mengatakan kapal-kapal tunda yang usianya di atas 20 tahun itu saat ini masih beroperasi karena terus dirawat dan dipelihara secara berkala oleh TNI AL.
Walaupun demikian, Wakasal menilai peremajaan tetap penting karena ada risiko kapal-kapal tunda yang usianya tua kesulitan menghalau arus dan angin yang kencang. Dampaknya, dia menyebut, tidak hanya kepada badan kapal, tetapi juga sistem elektronik kapal-kapal TNI AL yang saat ini modern dan nilainya pun tidak murah.
Dua kapal tunda yang diterima TNI AL di Jakarta, Senin, merupakan TD Umsini dan TD Irau buatan Galangan Noahtu Shipyard di Tanjung Priok, Jakarta. Dua kapal itu sebagian besar komponennya berasal dari dalam negeri kecuali mesin dan sistem elektroniknya yang dibuat di Jepang.
Walaupun demikian, Wakasal menegaskan TD Umsini dan TD Irau merupakan hasil produksi industri galangan kapal dalam negeri yang juga menjadi bagian dari industri pertahanan RI.
“TNI AL dalam hal ini berkomitmen untuk mendukung kebijakan Bapak Presiden (Joko Widodo) untuk semaksimal mungkin menggunakan (memaksimalkan, red.) TKDN (tingkat komponen dalam negeri),” kata Wakasal.
Dua kapal tunda baru TNI AL itu, sebagaimana tertuang dalam surat keputusan Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali, bertugas di daerah operasi Pangkalan Utama Militer (Lantamal) XIV di Sorong, Papua Barat. Lantamal XIV berada di bawah kendali Komando Armada (Koarmada) III.
Di luar dua kapal tunda baru itu, TNI AL punya 10 unit kapal tunda, yang dua di antaranya berada di bawah kendali Koarmada I, dan delapan sisanya ada di bawah kendali Koarmada II.
Dua unit kapal tunda yang berada di bawah kendali Koarmada I, yaitu TD Galunggung dan TD Malabar, sementara delapan unit kapal tunda di Koarmada II, yaitu TD Merapi, TD Merbabu, TD Wilis, TD Tambora, TD Tinombala, TD Bromo, TD Lawu, dan TD Anjasmoro.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: TNI AL berencana tambah 6 tugboat demi perlancar lalu lintas pangkalan