Kendari (ANTARA) - Korem 143/Haluoleo membantu biaya pengobatan seorang anak yatim bernama Muh Rifa'i (6) yang mengalami sakit infeksi paru sejak bayi di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Plh Kapenrem 143/HO Letda Inf Rusmin Ismail di Konawe, Rabu mengatakan bantuan biaya pengobatan dan bantuan sosial bahan makanan yang diserahkan ke Muh. Rifa'i merupakan hasil donasi dari prajurit, PNS dan Persit Kartika Candra Kirana di wilayah jajaran Korem 143/HO.
"Empati yang dirasakan, mendorong personel TNI AD dan anggota Persit untuk turut peduli dalam membantu kesulitan yang dialami oleh ananda Muh Rifa'i dan keluarganya," kata Rusmin dalam rilis Penerangan Korem, Rabu.
Ia menuturkan, pihaknya sebagai prajurit dan makhluk sosial merasakan kesedihan dan kesulitan yang dialami Ibu Hartian (23) yang merawat anaknya Rifa'i dalam kondisi sakit sejak usia 1,5 bulan.
"Baru terkumpul Rp16.650.000 untuk bantu pengobatan dan sudah diserahkan. Saat ini, pengumpulan donasi dari KBT TNI AD di Sultra pun masih berlangsung dan akan kita teruskan pada kesempatan berikutnya,"ujar Rusmin.
Kasi Pers Kasrem 143/HO Kolonel Arh Saptarendra P berharap dengan bantuan yang diberikan jajaran Korem 143/HO dapat menggugah berbagai pihak untuk ikut serta membantu Rifa'i maupun anak-anak yang mengalami hal serupa.
"Tadinya akan kami arahkan ke RS Korem, namun ternyata di sana tidak ada dokter spesialis paru sehingga dengan bantuan pengobatan ini bisa membantu Rifa'i berobat dan lekas sembuh," tandasnya.
Sementara itu, ibunda Muh Rifa'i bercerita bahwa putranya telah menderita penyakit itu sejak dilahirkan dan saat ini ketika anaknya bernafas selalu mendengkur.
“Saat lahir sudah begini memang. Pernah dibawa di Puskesmas Puuwatu, RS Bhayangkara, Korem dan Bahteramas tapi belum ada yang bisa menangani,” kata Hartian yang telah ditinggal mati suaminya, Muslan.
Hartian ini berkeinginan membawa sang anak untuk menjalani operasi di paru-parunya sehingga kembali normal.
"Sejak COVID, saya kesulitan untuk berobat. Beruntung beberapa waktu lalu diantara Pak Babinsa (Serda Indra Jaya), sehingga kami merasa terbantu sekali," ujar Hartian.
Untuk memenuhi kebutuhan harian dan berobat, Hartian mengaku mendapat tanggungan oleh sang Bapak yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan.
“Mau seberapa juga gajinya bapak ku. Pas-pasan juga dia dapat uang dalam sehari. Tak ada pilihan lain saya hanya bisa menghabiskan waktu di dalam rumah sembari menjaga si buah hati dengan obat-obatan seadanya," ujarnya Hartian.