Baubau (ANTARA) - PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Cabang Baubau, Sulawesi Tenggara, mencatat jumlah angkutan kontainer milik perusahaan BUMN itu pada semester pertama (Januari-Juni) dari pelabuhan Murhum daerah itu mencapai 161 teus (peti kemas).
"Jadi untuk dry (muatan kering) termuat seperti kelapa dan jambu mete terisi sebanyak 120 teus. Sedangkan refeer-nya (muatan beku atau yang memerlukan pendingin) seperti ikan teri dan ikan segar sebanyak 41 teus," ujar Kepala PT Pelni Cabang Baubau, Juni Samsuddin Sitorus, di Baubau, Kamis.
Ia mengatakan, angkutan muatan yang mendominasi ke dua tujuan pelabuhan yakni, pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) dan pelabuhan Surabaya (Jawa Timur).
"Khusus untuk muatan-muatan kering ini memang kita hanya mengharapkan kelapa saja, sedang kacang mete ini tergantung dari musim panennya," ujar Sitorus.
Apalagi, kata dia bahwa sejak beberapa bulan terakhir ini aktifitas angkutan komoditas jambu mete tersebut sudah tidak ada pemuatan, walaupun di tengah pandemi COVID-19 saat ini tidak berdampak pada muatan barang.
"Berbeda dengan penumpang (orang). Jadi untuk muatan (komoditas) tidak ada pengaruhnya, tapi sudah beberapa bulan ini kita tidak muat kacang mete, hanya kelapa saja," katanya.
Padahal, menurut dia, kedatangan armada Pelni dalam setiap bulan terhitung mencapai 50 kunjungan kapal di Pelabuhan Murhum Kota Baubau dengan tujuan pelabuhan-pelabuhan lainnya di Nusantara.
Mengenai biaya muatan jasa kontainer milik PT Pelni itu, katanya pula, khusus untuk refeer biasanya sebesar Rp25-27 juta, sedang (dry) muatan seperti kelapa sekitar Rp2,5 juta per kontainer karena menggunakan tarif khusus.
"Jadi memang untuk muatan-muatan refeer saja yang agak mahal. Selisihnya tidak terlalu jauh antara tujuan pelabuhan Jakarta maupun Surabaya, jadi bermain diangka Rp25-27 juta," katanya.