Kendari (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara mengapresiasi kegiatan festival musik tradisional yang diselenggarakan UPTD Museum dan Taman Budaya yang dilakukan secara sederhana, yang melibatkan beberapa sangar lokal di Kota Kendari dan Kabupaten Konawe dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
"Sulawesi Tenggara, memiliki banyak kesenian tradisional yang patut dibanggakan dan dilestarikan, olehnya itu pada tahun anggaran 2021 Diknasbud Sultra akan menyediakan anggaran khusus bagi pembinaan dan pelestarian kesenian tradisional," kata Kadis Dikbud Sultra, Asrun Lio, saat membuka festival musuk tradisional yang diselenggarakan kantor UPTD Musiem dan Taman Budaya Sultra di Kendari, Jumat.
Asrun Lio, yang didampingi Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya, Dody Syahrulsyah, mengatakan beragam alat musik yang dimiliki setiap etnis daerah di Sulawesi Tenggara seperti musik bambu, musik tradisional gambus dan seni tari seperti Molulo yang hampir setiap kabupaten di Sultra juga punya musik seperti itu, sehingga untuk mempertahankan dan melestarikannya butuh pembinaan dan modal dari instansi teknis.
"Jangan kita yang punya musik tradisional, sementara daerah lain yang punya nama, ini yang harus kita jaga dan pertahankan," ujar Asrun Lio seraya menyebutkan bahwa kegiatan ini sangat baik apalagi mengangkat tema 'Musik tradisional pemersatu etnis'.
Karena itu, kata dosen yang juga Ketua IKA Bahasa Inggiris UHO itu mengatakan, dengan kegiatan festival semacam ini, akan mendorong bagi generasi muda untuk bisa berkreasi dan melahirkan inovasi-inovasi baru di bidang seni tradisional.
Kesenian tradisional di Sultra wajib dijaga dan dilestarikan. Hal ini sangat penting, agar generasi muda dapat lanjut melestarikan kebudayaan dan kesenian tradisional yang ada. Sehingga, semua kesenian tradisional selalu lestari, tidak diambil alih daerah lain dan bahkan negara lain sekali pun.
Dalam kegiatan festival musik tradisional, menurut Kepala seksi Museum Daud Topaa, kegiatan festival musik tradisional ini dilakukan sesederhana mungkin dengan jumlah peserta dan ruangan yang sangat terbatas, hal ini bertujuan untuk membatasi kerumunan orang dan sekaligus memutus rantai penularan virus corona yang hingga kini belum berakhir.
"Kegiatan festival musik ini dilakukan selama dua hari, dan setiap hari peserta yang tampil hanya lima hingga enam kelompok peserta. Dan setiap kelompok atau sanggar pesertanya tidak melebihi 10 orang," tuturnya.
Seni tari tardisional yang ada di Sultra yang hingga kini masih dipertahankan berjumlah belasan seni dan alat musik diantaranya, tari Melulo, tari Lariangi, tari Mowindahako, tari Mangaru, tari Umoaro. Sementara alat musik tradisional seperti, musik gambus, Ore-ore Nggae, dimba Nggowuna, musik Kanda Wuta, musik Baasi dan kegiatan beberapa ritual upacara adat.