Pekanbaru (Antara News) - Mantan Panglima TNI Jendral Purnawirawan Djoko Santoso mengatakan bahwa menjadi pemimpin harus menderita karena tujuan memimpin bukanlah untuk mendapatkan fasilitas.
"Dalam Islam memimpin bukan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas melainkan mendapatkan penderitaan. Semakin tinggi tingkat pimpinan semakin menderitalah pemimpin itu," kata Djoko Santoso yang saat ini sedang berkunjung ke Kerajaan Siak Riau, Senin.
Logikanya, menurut dia, semakin banyak yang dipimpin tentu semakin banyak pula yang diharapkan. Untuk mewujudkannya tentu seorang pemimpin harus bekerja keras.
Djoko Santoso sendiri mengakui bahwa saat ini dia juga mencalonkan diri sebagai Presiden. Pencalonan itu baginya merupakan panggilan tugas dan utang sejarah.
Ia merupakan tokoh dengan latar belakang militer yang pernah menduduki jabatan strategis di tubuh TNI. Ia pernah menjadi Pangdam Pattimura, Pangdam Jaya, Wakasad RI, Kasad RI, dan terakhir Panglima TNI 2007-2010.
Mantan Panglima TNI ini adalah tokoh sentral yang meredakan konflik SARA yang terjadi di Maluku. Saat itu ia adalah Pangdam Pattimura. Saat semua orang merasa konflik tersebut tak bisa diselesaikan, ia mampu menyelesaikannya hanya dalam waktu enam bulan.
Karena setelah pensiun dari TNI, ia menganggap masih ada yang harus dilakukannya sebagi anak bangsa untuk melunasi utang sejarah pengabdiannya pada Indonesia.
Hal ini terbesit karena melihat kondisi Indoensia yang telah 68 tahun merdeka namun belum berdaulat, adil, dan makmur. Oleh sebab itu ia mendirikan Gerakan Indonesia ASA (Adil. Sejahtera, Aman) sebagai wadah untuk bisa mewujudkan keadaan Indonesia tersebut.
Saat ini ia sedang berkeliling di 20 Provinsi Indonesia untuk melantik Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Gerakan Indonesia ASA. Kemarin (24/11) ia baru saja melantik DPW Gerakan Indonesia ASA Riau yang menjadi Provinsi Ke-sembilan dilantik.
Setelah melantik saat ini ia menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kerajaan Siak. Ia ingn melihat langsung bagaimana Kerajaan Siak sekarang.
"Saya kagum dengan Kerajaan Siak yang pada dulunya memberikan toleransi tinggi ke Indonesia," sambungnya.
Saat itu Siak sebagai kerajaan diberikan tiga pilihan. Bergabung dengan Belanda, Bergabung dengan Indonesia, atau berdiri sendiri. Saat itu Kerajaan Siak dengan jiwa besar menyatakan bergabung dengan Indonesia.