Kendari (ANTARA News) - Menteri Transmigrasi dan Tenaga Kerja RI, Muhaimin Iskandar mengatakan program transmigrasi di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra) dari berbagai suku, bahasa dan budaya menunjukkan bahwa kebhinekaragaman masyarakat yang cukup tinggi.
"Saya memberi apresiasi pada pemerintah Provinsi Sultra, khususnya di kabupaten Konawe Selatan yang merupakan daerah pertama penerimaan program transmigrasi sejak tahun 1968 yang kini eks lokasi transmigrasi itu menjadi daerah pertumbuhan yang cukup maju di daerah ini," kata Menteri saat berkunjung di UPT Watu-Watu, Kecamatan Landono, Kabupaten Konsel, Minggu.
Menurut menteri yang didampingi Wakil Gubernur HM Saleh Lasata mengatakan, program transmigrasi yang dimulai lebih empat puluh tahun lalu itu, hingga kini masih terus diprogramkan terutama bagi daerah yang membutuhkan keberadaan warga trans dari pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara yang penduduknya padat untuk dipindahkan ke wilayah yang memang masih kurang.
Hanya sekarang ini, program transmigrasi itu tidak hanya sekedar memindahkan warga dari pemukiman yang padat ke lokasi yang masih jarang penduduknya tetapi diarahkan pada percepatan pembangunan ekonomi.
"Jadi program transmigrasi kedepan bukan lagi hanya sekedar mensuplai kebutuhan tenaga untuk pengembangan kawasan, tetapi yang lebih penting adalah percepatan pembangunan ekonomi, sehingga warga pendatang maupun yang didatangkan sama-sama maju dan berkembang kearah yang lebih baik dari sebelumnya," katanya.
Ia mengatakan, membangun masyarakat transmigrasi memang membutuhkan waktu yang lama untuk berhasil, namun selama dirinya menjadi menteri lebih dari dua tahun telah merancang dan terus membenahi bagaimana agar program transmigrasi itu mengutamakan kualitas.
Artinya bahwa program pemindahan warga dari pulau Jawa ke sejumlah wilayah di luar pulau Jawa, warganya sudah mendapat pelatihan khusus sesuai dengan keinginan dan kondisi wilayah yang akan dituju. Dengan program itu, warga transmigran bisa lebih cepat merasakan keberhasilan dari program itu.
Bupati Konawe Selatan, Imran mengatakan keberadaan warga transmigrasi di daerahnya sangat berarti, karena dari 22 wilayah kecamatan di daerah ini empat wilayah kecamatan merupakan eks transmigrasi yang berkembang dan maju sehingga memenuhi syarat untuk menjadi wilayah kecamatan definitif.
Ia mengatakan, ada empat wilayah kecamatan yang penduduknya 95 persen eks transmigrasi dari Jawa, Bali, NTB serta penduduk dari Bugis/Makassar yakni di Kecamatan Landono, Lalembuu, Basala dan Ranomeeto, keempat wilayah kecamatan itu perekonomiannya lebih maju dibanding dengan wilayah kecamatan induk lainnya.
Kebutuhan sayuran dan buah buahan bagi warga Kota Kendari dan beberapa kebutuhan di Sultra, hampir 90 persen disuplai dari wilayah itu, sehingga itu, wajar bila empat wilayah kecamatan di Konsel itu dijadikan sebagai lumbung pangan khususnya di sektor tanaman perkebunan dan hortikultura.
Hingga saat ini, kata Imran masih ada empat UPT yang masih menjadi binaan pemerintah kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah 950 kepala keluarga (KK) atau kurang lebih 3.711 jiwa pada dua wilayah kecamatan yakni Moramo dan kecamatan Landono.
Rangkaian kunjungan Menakertrans di Sulawesi Tenggara selama dua hari itu juga didampingi dua pejabat Eselon I yakni Dirjen Pembinaan Pengembangan Masyarakat Kawasan Transmigrasi (P2MKT) Roosari Tias Wardani dan Dirjen Penyiapan Penempatan Kawasan Transmigrasi (P2KT) Djamaluddin Malik.
Pada hari sebelumnya (24/12), Menakertrans berkunjung di Kabupaten Konawe pada lokasi satuan pemukiman (SP-B) Kecamatan Pondidaha dengan menyerahkan berbagai paket bantuan kepada masyarakat baik kepada warga transmigrasi maupun pada warga bukan mantan transmigran.(Ant).
Menakertrans: Kebhinekaragaman Transmigrasi Di Konsel Yang Tinggi
"Saya memberi apresiasi pada pemerintah Provinsi Sultra, khususnya di kabupaten Konawe Selatan yang merupakan daerah pertama penerimaan program transmigrasi sejak tahun 1968 yang kini eks lokasi transmigrasi itu menjadi daerah pertumbuhan yang cukup