Gorontalo, (ANTARA News) - Pihak Universitas Negeri Gorontalo (UNG) diimbau untuk bersikap arif dan ekstra hati-hati dalam menyikapi pengusutan kasus tragedi tawuran antara mahasiswa fakultas teknik dan pertanian baru-baru ini.
"Harus bijak," kata Nelson Pomalingo, Pengamat pendidikan yang juga mantan rektor UNG, Kamis.
Menurut dia, yang menjadi pertanyaan pertama atas kejadian ini, adalah langkah yang jauh sebelumnya telah diambil pihak rektorat untuk mengkondusifkan mahasiswa agar tidak melakukan tawuran atau aksi kekerasan lainnya.
"Pemberian sanksi, baik itu pemecatan, skorsing dan sebagainya, hendaknya didasarkan pada kebijakan sebelumnya yang bersifat antisipatif, tanpa itu rasanya tidak adil," kata guru besar di bidang pertanian, yang menjabat sebagai rektor UNG selama dua periode itu.
Menurut dia, pihak rektorat perlu memilah tingkat kesalahan mahasiswa berikut sanksinya, jangan sampai salah mengidentifikasi pelaku, karena hal itu bisa merusak masa depan mahasiswa.
Terkait dengan aksi tawuranantar mahasiswa UNG yang marak terjadi belakangan ini, dirinya menilai bahwa gejala itu dapat menjurus pada bahaya laten.
Pihak rektorat harus menyiapkan perangkat penanggulangannya, mulai dari pembenahan sistem pembelajaran hingga pertimbangan faktor geografis antarfakultas.
Tawuran antarmahasiswa kedua fakultas yang terjadi pada Senin siang (1/10) menyebabkan gedung laboratorium milik fakultas pertanian UNG, ludes terbakar dilempari bom Molotov, dua mahasiswa dari masing-masing fakultas menderita luka parah, belasan orang lainnya menderita luka ringan.
Akibat insiden itu, pihak UNG meliburkan perkualiahan selama sepekan, terhitung mulai tanggal 4 hingga 8 Oktober, tim pencari fakta telah dibentuk untuk mengusut tuntas kasus itu. (Ant)