Kendari (ANTARA) - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Agista Ariani Ali Mazi, mendorong lahirnya 'Kartini-Kartini' masa kini dari rahim Sultra dengan meneladani semangat perjuangan RA Kartini agar bisa berprestasi dalam semua aspek kehidupan.

"Semangat Kartini telah mendorong banyak perempuan berprestasi hingga sekarang perempuan yang bersekolah dan mencapai titik puncak dalam pendidikan dan karier, sudah tidak terhitung," kata Agista yang juga merupakan ketua Dekranasda Sultra itu, di Kendari, Senin.

Di banyak institusi pendidikan kata dia, perempuan tidak lagi inferior, malah di sisi lain antusiasme belajar antara laki-laki dan perempuan lebih dominan perempuan.

"Rangking-rangking di sekolah saat ini didominasi perempuan. Prestasi-prestasi akademik, ketrampilan public speaking, kemampuan berbahasa dan ketrampilan-ketrampilan yang menuntut ketekunan banyak dipegang oleh perempuan. Kepemimpinan perempuan dalam berbagai aspek, tidak dapat diragukan lagi," katanya.

Kepemimpinan yang utama kata dia, adalah pemimpin bagi diri sendiri, untuk memimpin orang lain, diperlukan ilmu, keterampilan dan pengetahuan yang baik dan memadai.

Seorang perempuan pemimpin katanya, akan menjadi contoh bagi orang lain, bagi keluarga dan masyarakat nya.

"Kualitas perempuan dapat dilihat dari cara pandang positif nya dan memberi kebaikan bagi orang lain. Membawa perubahan ke arah yang lebih baik," ujarnya.

Menurut dia, perempuan adalah sumber daya potensial, yang apabila diberi kesempatan akan maju dan meningkatkan kualitasnya secara mandiri dan menjadi penggerak dalam dimensi kehidupan dan pembangunan bangsa. 

Namun kata dia, masih ada fakta kurang menggembirakan bagi perempuan saat ini, dimana masih tinggi tingkat kekerasan pada perempuan, kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki. 

Kemudian, terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap fasilitas kesehatan yang lebih baik, masih tinggi nya angka kematian ibu, tingginya angka kekurangan gizi, kurangnya peran perempuan dalam lembaga publik yang lebih luas (seperti partisipasi di bidang politik dan jabatan strategis di bidang pemerintah) serta akses dan partisipasi perempuan dalam kepemimpinan masih rendah.

Dengan mendorong kepemimpinan perempuan, maka fakta yang kurang menyenangkan seperti di atas dapat di kurangi secara perlahan. 

Disisi lain, tidak bisa dipungkiri Pendidikan telah mengubah cara pandang seseorang dalam perspektif masa depan.

Beberapa tahun lalu katanya, perempuan masih jauh tertinggal di belakang laki-laki. Budaya di Indonesia mengkondisikan perempuan  menjadi kelas nomer dua, di belakang laki-laki.  

"Namun kini, perempuan telah setara dengan laki-laki dalam berbagai bidang. Pendidikan adalah kunci, dengan pendidikan cara pandang akan berubah menjadi lebih baik dan bijaksana," katanya.

Tetapi kata dia, pendidikan di sekolah harus dibarengi dengan pendidikan dalam keluarga, kemudian pendidikan karakter harus menjadi pola didik dan asuh yang utama. 
 
 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024