Kendari (Antaranews Sultra) - Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas) Kantor Pencarian dan Pertolongan Kendari, Sulawesi Tenggara periode Januari - Mei 2018 telah menangani 49 musibah kecelakaan laut beresiko tinggi.

"Angka tersebut kategori tinggi dibandingkan kantor Basarnas se-Indonesia. Dalam periode yang sama (Januari - Mei tahun 2017)? juga termasuk tinggi sehingga menjadi keprihatinan dan perhatian kita semua," kata Kantor Pencarian dan Pertolongan Kendari Djunaidi di Kendari, Minggu.

Sultra dengan prosentase wilayah perairan mencapai 70 persen memiliki kewajaran terjadinya resiko kecelakaan sektor transportasi laut dan pulau-pulau.

 Zona bahaya yang patut diwaspadai adalah pelabuhan penyeberangan feri teluk Bone (Sulsel-Sultra), pelabuhan penyebaran Siwa-Tobaku (Sulsel-Sultra), Laut Samudera meliputi perairan Menui, Wawonii, Saponda, perairan Buton bagian selatan, Wakatobi yang berbatasan dengan Laut Flores serta Australia.

 "Musibah laut mengancam keselamatan jiwa sehingga pengguna jasa transportasi laut, pemilik kapal barang, nelayan serta pihak terkait? dalam hal ini Basarnas, BPBD, Sahbandar, dan seluruh potensi SAR harus peduli," kata Djunaidi.

 Menurut dia penyebab musibah atau ancaman kecelakaan laut yang terjadi di Sultra adalah cuaca yang sewaktu-waktu datangnya tidak bersahabat.

Selain itu, kelalaian nelayan atau pemilik kapal mempersiapkan bahan bakar yang cukup, pengamatan arah angin atau cuaca, kondisi mesin yang tidak mendukung serta mengabaikan kebersamaan.

Ladampo (42) pengumpul ikan segar di Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton mengatakan cuaca satu bulan terakhir tidak mendukung aktivitas nelayan mencari ikan.

 "Disadari angin kencang, arus air laut dan hujan? mengancam keselamatan jiwa tetapi tidak ada pilihan lain karena sudah menjadi mata pencaharian. Itulah kadang-kadang nelayan hilang dan syukur kalau ditemukan dalam keadaan selamat," kata Ladampo.



 

Pewarta : Sarjono
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024