Kendari, Antara Sultra - Nama Rio Haryanto sudah tidak asing lagi di kalangan olahraga nasional terutama di cabang balap mobil karena sudah seabrek prestasi yang pernah diukirnya.
Bahkan, putra pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati itu merupakan satu-satunya pebalap dari Indonesia yang pernah berlaga di Formula Satu (F1), sedangkan untuk tingkat Asia bisa dihitung dengan jari tangan atau sekitar 10 orang pebalap.
Pada lomba balap mobil F1 2016, pebalap asal Solo tersebut tergabung dalam tim Manor Racing yang bermarkas di Inggris yang saat itu bersama pebalap asal Jerman Pascal Wehrlein. Namun sayang, Rio hanya tampil pada 11 seri di ajang lomba balap mobil bergengsi tingkat dunia.
Manajemen Tim Manor Racing mengambil keputusan untuk mengakhiri kontrak dengan Rio setelah tidak mampu memenuhi kewajiban kontrak. Pebalap junior Marcedes Esteban Ocon resmi menggantikan posisi Rio Haryanto untuk menyelesaikan sembilan race yang tersisa pada lomba balap mobil F1 tahun 2016.
Tetapi setidaknya, pebalap berusia 24 tahun ini sudah mencatatkan sejarah bahwa dia adalah pebalap Indonesia pertama yang pernah berlaga pada kasta tertinggi lomba balap mobil dunia.
Sebelum berlaga di ajang balap mobil F1, Rio Haryanto juga sempat berlaga pada lomba balap mobil GP2Series yang berada satu tingkat di bawah F1 mulai tahun 2012 hingga 2015.
Pada musim balap 2012, Rio Haryanto tergabung dengan tim Carlin dari Inggris bersama pebalap Max Chilton.
Selama satu musim ini, Rio Haryanto menempati posisi ke-14 dari 35 peserta dengan total nilai 38 dari 12 seri yang digelar mulai Maret hingga November 2012, sedangkan rekannya Max Chilton menempati peringkat keempat dengan total nilai 169 dan pada musim balap 2013 yang bersangkutan mulai menjejakkan kakinya di ajang F1.
Pada musim 2013, Rio Haryanto bergabung dengan tim Addax Barwa di Valencia, Spanyol, bersama pebalap asal Amerika Serikat Jake Rosenzweig.
Kemudian pada musim balap 2014, dia bergabung dengan EQ8 Caterham Rasing bersama pebalap Amerika Serikat lainnya Alexander Rossi, sedangkan pada musim 2015 bergabung dengan tim Campos Racing.
Berharap Berkelanjutan
Pada tahun 2017, Rio memang tidak tampil di ajang balapan mobil. Tetapi bukan berarti dia lepas sama sekali dunia balapan mobil yang sudah mulai dirintis atau belajar sejak usia 6 tahun tersebut.
Selama 2017 ini, Rio Haryanto dua kali menjalani tes mobil balap yaitu pada November di Sirkuit Ricardo Tormo, Velencia, Spanyol, dan Desember di Sirkuit Suzuka, Jepang.
Pada November 2017, dia mencoba tantangan dari mobil balap listrik untuk balap Formula E di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol.
Setelah menjadi pebalap rookie terpopuler dalam sejarah F1 bersama Manor F1 Team, Rio Haryanto sekarang sedang mengevaluasi sejumlah opsi untuk musim balap 2018.
Rio Haryanto mengaku sangat menantikan tes Formula E pertama bagi dirinya setelah menonton beberapa balapannya yang sangat menarik di TV.
FIA Formula E Championship diluncurkan pada tahun 2014 dan kejuaraan ini tumbuh pesat dengan semakin banyaknya kota dan pabrikan besar dari seluruh dunia yang tertarik bergabung.
Formula E selalu menyuguhkan kompetisi yang ketat dan dengan banyaknya pabrikan yang bergabung, tampaknya kejuaraan ini akan terus tumbuh di seluruh dunia.
"Sangat luar biasa jika Formula E menggelar balapan di jalanan Jakarta pada suatu hari untuk menunjukkan masa depan motorsport dan otomotif pada umumnya kepada masyarakat," katanya.
Indonesia adalah bangsa yang besar dengan populasi terbesar keempat di dunia. Melihat besarnya antusiasme dari para penggemar di Tanah Air, bukan tidak mungkin jika ada seorang pembalap Formula E dari Indonesia yang selalu mendapat Fanboost di setiap ePrix, katanya.
Kemudian pada 6-7 Desember 2017, Rio Haryanto mendapat undangan untuk mengikuti tes mobil Super Formula di Sirkuit Suzuka, Jepang.
Super Formula adalah kompetisi single-seater terbesar di Jepang dan memiliki sejarah panjang dengan berbagai reinkarnasi nama kejuaraan sejak 1973.
Meski digelar di satu negara, Super Formula kerap menarik sejumlah pebalap dari berbagai penjuru dunia, termasuk mereka yang sedang berjuang menuju Formula 1.
Mulai musim 2014, semua peserta memakai sasis Dallara SF14 dengan mesin turbo 2 liter dan 4 silinder segaris. Mobil Super Formula pun mampu menghasilkan sekitar 550 daya kuda dan melampaui kecepatan 300 km/jam.
Rio Haryanto mengaku senang rasanya bisa kembali memacu mobil balap di lintasan. Kecepatan mobil Super Formula tidak jauh berbeda dengan mobil Formula 2 sehingga keduanya menjadi pilihan sejumlah pebalap sebelum berlaga di Formula 1.
"Sebelum berangkat ke Jepang, saya selalu menjaga kebugaran fisik termasuk memperkuat otot-otot leher, tangan, hingga kaki. Tes di Suzuka nanti akan menjadi bagian dari evaluasi program balap untuk musim depan. Terima kasih kepada Honda yang telah memberikan kesempatan ini," katanya.
Rio Haryanto akhirnya menuntaskan tes singkat mobil Super Formula di Sirkuit Suzuka, Jepang, 6-7 Desember 2017.
Ibunda Rio Haryanto, Indah Pennywati, mengharapkan setelah tes singkat akan ada kelanjutan bagi Rio Haryanto untuk musim balap mendatang.
Bahkan, putra pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati itu merupakan satu-satunya pebalap dari Indonesia yang pernah berlaga di Formula Satu (F1), sedangkan untuk tingkat Asia bisa dihitung dengan jari tangan atau sekitar 10 orang pebalap.
Pada lomba balap mobil F1 2016, pebalap asal Solo tersebut tergabung dalam tim Manor Racing yang bermarkas di Inggris yang saat itu bersama pebalap asal Jerman Pascal Wehrlein. Namun sayang, Rio hanya tampil pada 11 seri di ajang lomba balap mobil bergengsi tingkat dunia.
Manajemen Tim Manor Racing mengambil keputusan untuk mengakhiri kontrak dengan Rio setelah tidak mampu memenuhi kewajiban kontrak. Pebalap junior Marcedes Esteban Ocon resmi menggantikan posisi Rio Haryanto untuk menyelesaikan sembilan race yang tersisa pada lomba balap mobil F1 tahun 2016.
Tetapi setidaknya, pebalap berusia 24 tahun ini sudah mencatatkan sejarah bahwa dia adalah pebalap Indonesia pertama yang pernah berlaga pada kasta tertinggi lomba balap mobil dunia.
Sebelum berlaga di ajang balap mobil F1, Rio Haryanto juga sempat berlaga pada lomba balap mobil GP2Series yang berada satu tingkat di bawah F1 mulai tahun 2012 hingga 2015.
Pada musim balap 2012, Rio Haryanto tergabung dengan tim Carlin dari Inggris bersama pebalap Max Chilton.
Selama satu musim ini, Rio Haryanto menempati posisi ke-14 dari 35 peserta dengan total nilai 38 dari 12 seri yang digelar mulai Maret hingga November 2012, sedangkan rekannya Max Chilton menempati peringkat keempat dengan total nilai 169 dan pada musim balap 2013 yang bersangkutan mulai menjejakkan kakinya di ajang F1.
Pada musim 2013, Rio Haryanto bergabung dengan tim Addax Barwa di Valencia, Spanyol, bersama pebalap asal Amerika Serikat Jake Rosenzweig.
Kemudian pada musim balap 2014, dia bergabung dengan EQ8 Caterham Rasing bersama pebalap Amerika Serikat lainnya Alexander Rossi, sedangkan pada musim 2015 bergabung dengan tim Campos Racing.
Berharap Berkelanjutan
Pada tahun 2017, Rio memang tidak tampil di ajang balapan mobil. Tetapi bukan berarti dia lepas sama sekali dunia balapan mobil yang sudah mulai dirintis atau belajar sejak usia 6 tahun tersebut.
Selama 2017 ini, Rio Haryanto dua kali menjalani tes mobil balap yaitu pada November di Sirkuit Ricardo Tormo, Velencia, Spanyol, dan Desember di Sirkuit Suzuka, Jepang.
Pada November 2017, dia mencoba tantangan dari mobil balap listrik untuk balap Formula E di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol.
Setelah menjadi pebalap rookie terpopuler dalam sejarah F1 bersama Manor F1 Team, Rio Haryanto sekarang sedang mengevaluasi sejumlah opsi untuk musim balap 2018.
Rio Haryanto mengaku sangat menantikan tes Formula E pertama bagi dirinya setelah menonton beberapa balapannya yang sangat menarik di TV.
FIA Formula E Championship diluncurkan pada tahun 2014 dan kejuaraan ini tumbuh pesat dengan semakin banyaknya kota dan pabrikan besar dari seluruh dunia yang tertarik bergabung.
Formula E selalu menyuguhkan kompetisi yang ketat dan dengan banyaknya pabrikan yang bergabung, tampaknya kejuaraan ini akan terus tumbuh di seluruh dunia.
"Sangat luar biasa jika Formula E menggelar balapan di jalanan Jakarta pada suatu hari untuk menunjukkan masa depan motorsport dan otomotif pada umumnya kepada masyarakat," katanya.
Indonesia adalah bangsa yang besar dengan populasi terbesar keempat di dunia. Melihat besarnya antusiasme dari para penggemar di Tanah Air, bukan tidak mungkin jika ada seorang pembalap Formula E dari Indonesia yang selalu mendapat Fanboost di setiap ePrix, katanya.
Kemudian pada 6-7 Desember 2017, Rio Haryanto mendapat undangan untuk mengikuti tes mobil Super Formula di Sirkuit Suzuka, Jepang.
Super Formula adalah kompetisi single-seater terbesar di Jepang dan memiliki sejarah panjang dengan berbagai reinkarnasi nama kejuaraan sejak 1973.
Meski digelar di satu negara, Super Formula kerap menarik sejumlah pebalap dari berbagai penjuru dunia, termasuk mereka yang sedang berjuang menuju Formula 1.
Mulai musim 2014, semua peserta memakai sasis Dallara SF14 dengan mesin turbo 2 liter dan 4 silinder segaris. Mobil Super Formula pun mampu menghasilkan sekitar 550 daya kuda dan melampaui kecepatan 300 km/jam.
Rio Haryanto mengaku senang rasanya bisa kembali memacu mobil balap di lintasan. Kecepatan mobil Super Formula tidak jauh berbeda dengan mobil Formula 2 sehingga keduanya menjadi pilihan sejumlah pebalap sebelum berlaga di Formula 1.
"Sebelum berangkat ke Jepang, saya selalu menjaga kebugaran fisik termasuk memperkuat otot-otot leher, tangan, hingga kaki. Tes di Suzuka nanti akan menjadi bagian dari evaluasi program balap untuk musim depan. Terima kasih kepada Honda yang telah memberikan kesempatan ini," katanya.
Rio Haryanto akhirnya menuntaskan tes singkat mobil Super Formula di Sirkuit Suzuka, Jepang, 6-7 Desember 2017.
Ibunda Rio Haryanto, Indah Pennywati, mengharapkan setelah tes singkat akan ada kelanjutan bagi Rio Haryanto untuk musim balap mendatang.