Kendari (Antara News) - Kabupaten Buton telah lepas dari status daerah tertinggal setelah Pemkab setempat berhasil membuka keterisolasian wilayah dari dunia luar.
      "Tahun ini Bappenas tidak lagi mengolompokan Kabupaten Buton ke dalam kelompok daerah tertinggal di Indonesia," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Buton, Wa Ode Insana Maliki di Pasarwajo, Kamis.
       Menurut dia, setelah Pemerintah Kabupaten Buton memekarkan dua daerah otonom Baru (DOB) --Buton Tengah dan Buton Selatan--, tidak ada lagi wilayah di Buton yang terisolasi.
       Desa-desa yang tersebar di tujuh wilayah kecamatan tersisa setelah pemekaran kata dia, sudah dihubungkan dengan ruas jalan mulus hingga ke ibukota kabupaten Buton, Pasarwajo dan Kota Baubau serta Buranga, ibukota Buton Utara. "Terbukanya keterisolasian wilayah seluruh desa di Buton, telah memberi kontribusi besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya.
        Itu karena, kata dia, hasil-hasil pertanian masyarakat sudah lebih mudah menjangkau pasar-pasar tradisional di ibukota keamcatan maupun pasar tradisional di ibukota kabupaten Buton dan kota Baubau serta Buton Utara. "Selain akses jalan yang sudah terbuka secara memadai, juga seluruh wilayah di Buton sudah terjangkau saluran telepon seluler," katanya.
        Terbukanya sarana telekomunikasi tersebut kata dia, mempermudah masyarakat berakses dengan masyarakat di berbagai daerah lain di Indonesia, bahkan luar negeri. "Akses jalan dan telekomunikasi yang makin lancar ini, ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton hingga berada di atas pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional," katanya tanpa menyebut angka pasti pertumbuhan ekonomi Buton.
         Menurut dia, sebelum memerarkan dua DOB, --Buton Tengah dan Buton Selatan, wilayah Buton terdiri dari 21 wilayah kecamatan. Setelah pemekaran, wilayah Kabupaten Buton tersisa tujuh wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Pasarwajo, Wolowa, Siotampina, Lasalimu, Lasalimu Selatan, Kampontori dan Lawele.

Pewarta : Oleh Agus
Editor :
Copyright © ANTARA 2024