Kendari,  (ANTARA News) - Para pengusaha pengrajin gembol dengan bahan baku dari limbah akar kayu jati di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) "mati suri".

"Istilah mati suri bagi kami pengrajin kayu sudah tepat disebut seperti itu, dimana usaha yang kami geluti selama belasan tahun ini dibilang bangkrut tetapi tidak juga, karena tergantung dari pesanan dan bahan baku yang tersedia baru dikerjakan lagi," kata Gede Tande (65), salah seorang pengusaha gembol di jalan Khaeril Anwar Kota Kendari, Rabu.

Tande yang juga Direktur UD Nagageni itu mengungkapkan, usaha meubel dengan berbagai produk yang dihasilkan dari kayu berkualitas seperti meja makan, kursi, lemari pakaian hingga produk cenderamata untuk perhiasan rumah tangga itu peminatnya punya musim dan waktu tersendiri.

"Biasanya ramai pembeli itu disaat ada kapal-kapal wisata lokal maupun mancanegara, ataukah kapal-kapal milik TNI-AL yang kebetulan bersandar di Kota Kendari," katanya.

Ia mengatakan, usaha kerajinan meubel dengan bahan baku utama akar kayu jati, cendana, biti, bayam dan kayu berkelas lainnya, tidak seperti dengan menjual bahan kebutuhan pokok yang hari ini ditawarkan kepada konsumen langsung bisa terjual.

Akan tetapi produk kerajinan limbah akar kayu ini, ditawarkan hari ini belum tentu bisa terjual, tetapi membutuhkan waktu lama dan bahkan promosi baru dapat menghasilkan uang.

"Makanya, tidak salah bila beberapa tahun lalu kelompok komunitas pengrajin gembol di kawasan ini sudah banyak yang tutup (gulung tikar) dan membuka usaha lain yang dinilai lebih cepat mendapkan duit bagi kelangsungan hidup keluarga mereka," ujar Tande.

Menurut mantan pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sultra itu, usaha yang digeluti hampir 15 tahun itu merupakan hobi dan kegemaranlah sehingga bisa bertahan hingga sampai saat ini.

Ia mengatakan, usaha promosi untuk menarik pembeli dari dalam maupun dari luar negeri sudah sering dilakukan bahkan bila ada ajang promosi di tingkat nasional dan luar negeri pun sudah dilakukan.

"Pada tahun 2011, saya ikut promosi ke Malaysia dengan membawa beberapa produk kerajinan khas Sultra seperti gembol, meja makan dengan bahan kayu yang utuh tanpa sambungan maupun potongan," katanya.

Produk kerajinan gembol dengan bahan baku utama kayu jati dari Kabupaten Muna itu masih cukup digemari bagi tamu-tamu berduit tebal dan konsumennya selain dari pasar lokal, maupun dari beberapa negara di Asia dan Eropa.

"Bebera tahun yang lalu, produk gembol saya dipesan oleh beberapa pengusaha berkelas dari Jerman," kata Tande seraya menyebutkan, harga pasaran yang ditawarkan produknya itu bervariasi mulai dari paling murah Rp4,5 juta untuk ukiran meja kecil dan empat kursi hingga paling mahal mencapai angka Rp45 juta hingga 50 juta per satu setnya.

Harga tersebut, belum termasuk dengan ongkos kirim melalui jasa kontainer yang sekali dalam pengiriman dari dan ke pelabuhan Kota Kendari menuju Tanjung Perak Surabaya, Bali maupun ke pulau Sumatera dengan kisaran puluhan juta sekali dalam pengiriman.

Ia juga berharap kepada pemerintah dan kalangan perbankan di Kota Kendari untuk memberikan perhatian sekaligus sulisi yang terbaik bagi kelangsungan usaha bagi pengrajin gembol yang kini masih bertahan hingga saat ini.(Ant).

Pewarta : Azis Senong
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024