Timika, (ANTARA News) - Kantor Seksi Logistik Timika, Papua hingga saat ini masih menunggu pengiriman 1.000 ton beras impor asal Vietnam dari Surabaya, Jawa Timur.
Kepala Bulog Timika, Habel Rumkorem, Kamis mengatakan saat ini stok beras di Gudang Bulog Timika tinggal 230 ton untuk kebutuhan beberapa minggu.
Menurut Rumkorem, kebutuhan beras Bulog di Mimika setiap bulan mencapai 650 ton untuk jatah PNS, anggota TNI dan Polri serta untuk jatah raskin masyarakat.
"Kami masih menunggu sisa perintah logistik sebanyak 1.000 ton dari Surabaya. Kita harapkan beras itu bisa masuk pada akhir November dan awal Desember sehingga persediaan beras Bulog menghadapi hari raya Natal dan Tahun Baru di Timika cukup aman," ujar Rumkorem.
Menurut dia, beras yang didatangkan dari Surabaya nanti akan diangkut dengan dua kapal, masing-masing berkapasitas 500 ton.
Rumkorem mengaku belum mengetahui apakah menjelang Natal dan Tahun Baru nanti akan digelar operasi pasar beras Bulog sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Dikatakan, kegiatan operasi pasar beras Bulog tergantung keputusan Menteri Perdagangan.
"Kita tunggu saja, kalau ada perintah untuk lakukan operasi pasar maka kami akan melaksanakannya," ujar Rumkorem.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, permintaan beras Bulog menjelang akhir tahun di Mimika biasanya meningkat tajam karena sebagian besar warga setempat akan merayakan Natal dan Tahun Baru.
Menyinggung tentang kasus rawan pangan di sejumlah distrik (kecamatan) di Kabupaten Intan Jaya dan beberapa kampung di Distrik Jila seperti Bela dan Alama, Rumkorem mengatakan hingga kini Kantor Bulog Timika belum mendapat pemberitahuan resmi untuk mengirim bantuan beras ke daerah-daerah yang rawan pangan tersebut.
"Sampai sekarang belum ada permintaan resmi ke kami," tutur Rumkorem.
Informasi tentang terjadinya kasus rawan pangan di beberapa distrik di Kabupaten Intan Jaya disampaikan oleh Sekretaris Eksekutif Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), Emanuel Kemong pekan lalu.
Menurut Imanuel, dari laporan sejumlah petugas gereja (misionaris) di wilayah pedalaman Kabupaten Intan Jaya, disebutkan bahwa warga di beberapa distrik setempat mengalami rawan pangan akibat gagal panen.
Sehubungan dengan kasus itu, LPMAK dalam waktu dekat akan mengirim bantuan berupa beras, obat-obatan dan pakaian layak pakai untuk ibu hamil dan para balita di wilayah itu.
Kasus rawan pangan, kata Emanuel, tidak saja terjadi di Intan Jaya, tetapi juga terjadi di beberapa kampung di Distrik Jila seperti Bela, Alama dan Geselema.
Kendala pengiriman bantuan ke wilayah yang rawan pangan tersebut karena saat ini pelayanan transportasi udara dari Timika ke wilayah pedalaman Papua terhenti total akibat ketiadaan bahan bakar avtur di Bandara Mozes Kilangin Timika. (Ant)
Kepala Bulog Timika, Habel Rumkorem, Kamis mengatakan saat ini stok beras di Gudang Bulog Timika tinggal 230 ton untuk kebutuhan beberapa minggu.
Menurut Rumkorem, kebutuhan beras Bulog di Mimika setiap bulan mencapai 650 ton untuk jatah PNS, anggota TNI dan Polri serta untuk jatah raskin masyarakat.
"Kami masih menunggu sisa perintah logistik sebanyak 1.000 ton dari Surabaya. Kita harapkan beras itu bisa masuk pada akhir November dan awal Desember sehingga persediaan beras Bulog menghadapi hari raya Natal dan Tahun Baru di Timika cukup aman," ujar Rumkorem.
Menurut dia, beras yang didatangkan dari Surabaya nanti akan diangkut dengan dua kapal, masing-masing berkapasitas 500 ton.
Rumkorem mengaku belum mengetahui apakah menjelang Natal dan Tahun Baru nanti akan digelar operasi pasar beras Bulog sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Dikatakan, kegiatan operasi pasar beras Bulog tergantung keputusan Menteri Perdagangan.
"Kita tunggu saja, kalau ada perintah untuk lakukan operasi pasar maka kami akan melaksanakannya," ujar Rumkorem.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, permintaan beras Bulog menjelang akhir tahun di Mimika biasanya meningkat tajam karena sebagian besar warga setempat akan merayakan Natal dan Tahun Baru.
Menyinggung tentang kasus rawan pangan di sejumlah distrik (kecamatan) di Kabupaten Intan Jaya dan beberapa kampung di Distrik Jila seperti Bela dan Alama, Rumkorem mengatakan hingga kini Kantor Bulog Timika belum mendapat pemberitahuan resmi untuk mengirim bantuan beras ke daerah-daerah yang rawan pangan tersebut.
"Sampai sekarang belum ada permintaan resmi ke kami," tutur Rumkorem.
Informasi tentang terjadinya kasus rawan pangan di beberapa distrik di Kabupaten Intan Jaya disampaikan oleh Sekretaris Eksekutif Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), Emanuel Kemong pekan lalu.
Menurut Imanuel, dari laporan sejumlah petugas gereja (misionaris) di wilayah pedalaman Kabupaten Intan Jaya, disebutkan bahwa warga di beberapa distrik setempat mengalami rawan pangan akibat gagal panen.
Sehubungan dengan kasus itu, LPMAK dalam waktu dekat akan mengirim bantuan berupa beras, obat-obatan dan pakaian layak pakai untuk ibu hamil dan para balita di wilayah itu.
Kasus rawan pangan, kata Emanuel, tidak saja terjadi di Intan Jaya, tetapi juga terjadi di beberapa kampung di Distrik Jila seperti Bela, Alama dan Geselema.
Kendala pengiriman bantuan ke wilayah yang rawan pangan tersebut karena saat ini pelayanan transportasi udara dari Timika ke wilayah pedalaman Papua terhenti total akibat ketiadaan bahan bakar avtur di Bandara Mozes Kilangin Timika. (Ant)