Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) memiliki pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sebanyak 5.200 unit yang tersebar di 2.130 lokasi yang rata-rata berada di daerah terpencil dan terisolasi.
Direktur Mega Proyek PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan pihaknya menghabiskan 2,7 juta kiloliter bahan bakar minyak (BBM) atau setara Rp16 triliun untuk menyalakan pembangkit-pembangkit diesel tersebut.
"Pada tahun 2020, pemakaian BBM di pembangkit-pembangkit diesel PLN mencapai 2,7 juta kiloliter atau setara dengan Rp16 triliun," kata Wiluyo dalam diskusi bertajuk renewable technology as driver for Indonesia's de-dieselization yang dipantau di Jakarta, Rabu.
PLN menargetkan pengurangan pembangkit listrik diesel secara bertahap untuk mengurangi konsumsi BBM dan meningkatkan target bauran energi baru terbarukan di Indonesia.
Melalui program dedieselisasi, perseroan merencanakan akan mengonversi pembangkit listrik diesel menjadi tiga skema, yakni konversi PLTD menjadi energi baru terbarukan, konversi PLTD menjadi gas, dan konversi PLTD menjadi interkoneksi ke dalam jaringan PLN.
Program konversi PLTD ke energi baru terbarukan atau hybrid ini mempunyai dua skema, yaitu PLTD akan dikonversi menjadi hybrid antara PLTD-PLTS dan baterai," ujar Wiluyo.
Ia menjelaskan bahwa konversi PLTD ke energi baru terbarukan dilakukan terutama untuk daerah-daerah terpencil dan tidak memiliki sumber energi baru terbarukan alternatif lainnya, seperti air.
Dalam tahap pertama, PLN merencanakan sekitar 212 megawatt PLTD di 183 lokasi akan dikonversi menjadi hybrid dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan battery energy storage system (BESS).
"Kami berharap program konversi PLTD dengan total 499 megawatt ini ke energi baru terbarukan akan dapat menurunkan pemakaian BBM sebesar 67 ribu kiloliter, menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 0,3 ton, serta meningkatkan bauran energi sebesar 0,15 persen," pugkas Wiluyo.