Jakarta (ANTARA) - Unilever secara global mengumumkan akan menghilangkan istilah "normal" dari semua kemasan dan iklan brand perawatan tubuh dan kecantikan sebagai bagian dari peluncuran visi dan strategi “Positive Beauty” (Cantik yang Positif) yang baru.
“Setiap harinya sebanyak satu miliar orang menggunakan produk kecantikan dan perawatan kami, jumlah orang yang melihat iklan kami bahkan lebih banyak lagi, sehingga brand kami memiliki kemampuan yang berarti untuk mendorong perubahan dalam keseharian masyarakat," kata President Beauty and Personal Care Unilever, Sunny Jain, ditulis Jumat.
"Sebagai bagian dari upaya ini, kami berkomitmen untuk menghilangkan stereotip yang bisa membahayakan mengenai kecantikan, kami ingin menciptakan definisi cantik yang lebih luas dan lebih inklusif.”
Visi “Positive Beauty” membawa komitmen brand perawatan tubuh dan kecantikan untuk menciptakan standard baru bagi kecantikan yang setara, inklusif, serta berkelanjutan untuk kelangsungan planet bumi.
“Positive Beauty” juga akan bantu mendorong transformasi pada rancangan dan formulasi produk-produk Unilever agar lebih bermanfaat bagi masyarakat dan planet, unggul, serta peka terhadap tren konsumen.
Keputusan untuk menghapus istilah "normal" adalah salah satu dari banyak upaya yang dilakukan untuk mendobrak citra kecantikan yang sempit, sebagai upaya membantu mengakhiri diskriminasi dan mendukung terciptanya visi kecantikan yang lebih inklusif. Semangat ini timbul dari hasil studi global tentang pengalaman orang-orang di industri kecantikan, yang mengungkapkan bahwa penggunaan istilah "normal" untuk mendeskripsikan rambut atau kulit ternyata membuat kebanyakan orang merasa dikucilkan.
Sunny menambahkan, ia tahu menghapus istilah "normal" dari produk dan kemasan tidak serta merta menyelesaikan masalah, namun itu adalah langkah penting dalam mendorong kemajuan.
Selain menghapus istilah "normal", Unilever tidak akan menggunakan teknologi digital untuk mengubah bentuk tubuh, ukuran, proporsi, atau warna kulit seseorang dalam iklan-iklannya, dan akan meningkatkan jumlah iklan yang menggambarkan orang-orang dari berbagai kelompok yang kurang terwakili.