Jakarta (ANTARA) - BPOM mengadakan pertemuan dengan Saudi Food and Drug Authority (SFDA) guna memperkuat kolaborasi pengawasan obat dan makanan antara kedua negara, serta membahas berbagai tantangan dalam akses ekspor produk Indonesia ke pasar Timur Tengah.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta Rabu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk terus mendorong percepatan ekspor produk pangan dan obat-obatan ke Arab Saudi, khususnya untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji dan umrah Indonesia, yang merupakan jamaah terbesar di dunia.
"BPOM sebagai National Competent Authority bertanggung jawab untuk memastikan produk pangan Indonesia, termasuk yang dikonsumsi oleh jamaah haji dan umrah, memenuhi standar keamanan dan kualitas yang ditetapkan oleh Arab Saudi," kata Taruna.
Pertemuan tersebut diadakan di sela-sela partisipasi Indonesia dalam The 3rd Meeting of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs), yang berlangsung pada 17-18 Desember 2024 di Riyadh, Arab Saudi.
Adapun dalam diskusi itu, Taruna dan CEO SFDA Prof Hisham Al Jadhey membahas tentang tantangan dalam ekspor obat bahan alam (OBA), seperti produk Tolak Angin dari PT Sido Muncul yang terkendala regulasi SFDA terkait kandungan nutmeg (pala) dan kayu ules. Taruna mengusulkan alternatif pendaftaran produk OBA agar tetap dapat memenuhi persyaratan SFDA, termasuk evaluasi batas kandungan bahan dalam produk sesuai regulasi yang berlaku.
Selain itu, keduanya membahas tentang kendala ekspor produk Indonesia, seperti hasil inspeksi Unit Pengolahan Ikan (UPI) di Indonesia oleh SFDA pada September 2023. Pihaknya menyampaikan berbagai upaya perbaikan yang telah dilakukan, termasuk pemenuhan corrective action and preventive action (CAPA), serta koordinasi dengan pihak terkait untuk mempercepat registrasi UPI.
Taruna menyebutkan, isu lain yang dibahas termasuk perpanjangan dan perluasan nota kesepahaman antara BPOM dan SFDA yang telah ditandatangani sejak 2020. Dia berharap nota tersebut dapat memperkuat kolaborasi dalam pengawasan obat dan makanan, serta memastikan produk yang beredar memenuhi standar mutu dan keamanan yang berlaku di kedua negara.
"Kami optimistis melalui perpanjangan MoU ini, kolaborasi antara BPOM dan SFDA akan semakin komprehensif, baik dalam hal pertukaran informasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, maupun penyederhanaan prosedur ekspor produk," katanya.
Dalam pertemuan tersebut, Taruna juga menyampaikan upayanya untuk memperoleh pengakuan sebagai WHO Listed Authority (WLA). Menurutnya, pengakuan ini akan memperkuat posisi Indonesia dalam standar pengawasan global, meningkatkan kredibilitas produk farmasi Indonesia di pasar internasional, serta membuka peluang lebih luas bagi produk Indonesia untuk bersaing di pasar global.
Dalam pernyataan yang sama, Hisham menyambut baik kehadiran BPOM dan delegasi di Arab Saudi. Menurutnya, pertemuan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat sinergi pengawasan obat dan makanan antara kedua negara. Selain itu, dia juga mendukung upaya BPOM untuk meraih status sebagai WLA.
“Penguatan kapasitas regulator seperti BPOM merupakan langkah penting dalam memastikan produk yang beredar di pasar global aman, bermutu, dan berkualitas. SFDA mendukung upaya BPOM untuk mencapai pengakuan WLA dari WHO,” ujar Prof Hisham.
BPOM-Arab Saudi kolaborasi atasi kendala ekspor
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar (kiri) dan CEO Saudi Food and Drug Authority (SFDA) Prof Hisham Al Jadhey dalam pertemuan bilateral untuk memperkuat kolaborasi pengawasan obat dan makanan antara kedua negara, serta membahas berbagai tantangan dalam akses ekspor produk Indonesia ke pasar Timur Tengah. ANTARA/HO-Badan Pengawas Obat dan Makanan (Bpom).