Kendari (ANTARA) - Dinas Penanaman Modal-Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebut, faktor keamanan dan kenyamanan daerah menjadi salah satu pemicu untuk pertumbuhan investasi di Provinsi Sultra.


Kepala DPM-PTSP Provinsi Sultra Parinringi saat ditemui di Kendari Jumat, mengatakan, faktor kondisi keamanan menjadi salah satu komponen penting investasi tumbuh atau lambat di suatu daerah.

Sebab, ketika suatu daerah itu aman, tentu investor akan merasa nyaman untuk berinvestasi.

"Begitu juga sebaliknya, maka investor tidak berani, dan akan penuh pertimbangan," kata Parinringi.

Dia menyebutkan berdasarkan data yang dimiliki, jika dibandingkan periode 2018 sampai 2021, jumlah investasi di Bumi Anoa terus melonjak naik hingga capai Rp21 triliun.

"Sedangkan untuk tahun 2023 lalu kita hanya mendapatkan investasi Rp14 triliun," ujarnya.

Parinringi menyampaikan bahwa demi kepentingan daerah dan masyarakat, tentu faktor keamanan menjadi tugas seluruh pihak, termasuk masyarakat untuk meminimalisir terjadinya riak-riak, guna memberikan rasa aman terhadap investor.

"Sehingga para investor berani berinvestasi di daerah kita. caranya, ya tentu koordinasi dengan semua pihak antara pemerintah, masyarakat untuk duduk bersama dan cari jalan terbaik untuk penyelesaian terkait masalah yang ada," lanjutnya.

Dia menjelaskan bahwa jumlah investasi tersebut jauh dari target nasional yang diharapkan nilai tersebut terjadi karena investasi-investasi dari tahun sebelumnya juga mengalami beberapa kendala.

"Salah satunya, perizinan-perizinan dasar seperti izin lingkungan hidup, tata ruang, yang belum dituntaskan oleh perusahaan yang ingin menanamkan modal di Sultra," ujarnya.

Ia juga menuturkan bahwa hal lain yang menjadi pemicu terjadinya penurunan investasi di Sultra, karena intensitas kegiatan di bidang industri bijih nikel juga mulai berkurang.

"Utamanya tidak ada lagi progres pembangunan infrastruktur PT VDNI dan PT OSS, yang mana kedua perusahaan tersebut, saat ini lebih fokus pada proses produksi," ucapnya.

PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNi) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS), perusahaan yang beroperasi di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Parinringi mengungkapkan bahwa meski begitu, terdapat tiga perusahaan di Sultra, yakni PT Ceria Nugraha, PT Vale Indonesia, dan PT Indonesia Pomalaa Industrial Park, saat ini telah menyelesaikan syarat teknis.

"Dan saat ini semuanya tengah berproses," ungkap Parinringi.

Ia menambahkan bahwa dengan hadirnya tiga perusahaan yang akan mendirikan smelter bijih nikel di Bumi Anoa itu mampu mengembalikan peningkatan investasi yang sebelumnya diperoleh Provinsi Sultra.


Dia menyebutkan beberapa hal yang memicu pertumbuhan investasi di Bumi Anoa dikarenakan faktor keamanan dan kenyamanan yang sangat berdampak pada aktivitas perusahaan industri.

Pewarta : La Ode Muh. Deden Saputra
Editor : Zabur Karuru
Copyright © ANTARA 2024