Kendari (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebut secara umum aset perbankan baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat (BPR) di provinsi tersebut tumbuh positif sebesar 10,68 persen hingga posisi Februari 2023 year on year.

Kepala OJK Sultra Arjaya Dwi Raya di Kendari, Sabtu mengatakan meskipun adanya wabah pandemi COVID-19 kurang lebih dua tahun terakhir, namun tidak mempengaruhi kondisi perbankan di provinsi tersebut.

"Pertumbuhan aset perbankan itu dari bank umum dan BPR terus meningkat walaupun mengalami pandemi dua tahun terakhir, tahun ini meningkat 10,68 persen asetnya year on year dibanding posisi Februari 2022," katanya.

Dia menyebut aset perbankan pada Februari 2022 sebesar Rp40,25 triliun, mengalami pertumbuhan pada Februari 2023 sebesar Rp44,55 triliun atau meningkat sebesar 10,68 persen di periode bulan yang sama.

Dia menyampaikan pertumbuhan aset perbankan per Februari 2023 dengan nilai non performing loan (NPL), yaitu rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur sebesar 1,83 persen.

"Peningkatan aset tersebut dengan kondisi NPL 1,83 persen, ini sangat kecil masih di bawah 5 persen. Semakin kecil NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank, artinya perbankan masih bisa tumbuh asetnya," ujar dia.

Kepala Subbagian Pengawasan Bank 1 OJK Sultra Shintia Wijayanti Putri menambahkan, dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan dimana pada Februari 2022 tercatat Rp29,26 triliun, menjadi Rp32,2 triliun pada Februari 2023 atau meningkat sebesar 10,04 persen.

"Disertai indikator fungsi intermediasi (LDR) yang tinggi 110,65 persen dengan risiko kredit (NPL) yang tetap terjaga sebesar 1,83 persen," katanya.

Dia menyebut kredit perbankan di Sulawesi Tenggara didominasi oleh penyaluran kredit kepada sektor pemilikan peralatan rumah tangga lainnya termasuk pinjaman multiguna yaitu sebesar 40,16 persen, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 18,84 persen, dan sektor untuk pemilikan rumah tinggal 10,94 persen.

Lebih lanjut Shintia mengatakan dari sisi pertumbuhan year on year, sektor pertambangan dan penggalian bertumbuh paling signifikan yaitu 24,78 persen; disusul pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 20,93 persen.

"Kemudian untuk pemilikan rumah tinggal sebesar 18,81 persen serta untuk perdagangan besar dan eceran juga untuk pemilikan peralatan rumah tangga lainnya masing-masing sebesar 7,67 persen dan 5,62 persen.

Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit kepada kredit UMKM mengalami pertumbuhan sebesar 12,51 persen dengan rasio NPL di posisi 3,53 persen. Pangsa kredit UMKM mencapai 33,60 persen dari total penyaluran kredit sebesar Rp35,54 triliun.

"Bila dilihat dari kategori UMKM, pertumbuhan kredit UMKM secara yoy didominasi oleh kredit mikro 51,99 persen, kecil dan menengah yang masing-masing terkoreksi -13,24 persen, dan -13,06 persen," katanya.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024