Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi meminta warga untuk tidak beraktivitas dan mendekati area dalam radius 2,5 kilometer dari kawah utama Gunung Karangetang di Sulawesi Utara, serta 3,5 kilometer pada sektor selatan dan tenggara gunung api tersebut.
Imbauan itu seiring dengan peningkatan status dari sebelumnya level II atau waspada menjadi level III atau siaga terhitung sejak 8 Februari 2023, pukul 17.00 WITA.
"Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang diharap tenang tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Karangetang, dan agar senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Wafid mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan secara intensif guna mengevaluasi aktivitas Gunung Karangetang.
Ia mengimbau agar masyarakat yang bermukim di sepanjang bantaran sungai yang berhulu dari puncak gunung api tersebut untuk mewaspadai bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar saat musim hujan.
Gunung Karangetang merupakan gunung api paling aktif di Indonesia dengan seringnya mengalami kejadian erupsi hampir setiap tahun. Karakteristik erupsinya berupa eksplosif tipe strombolian serta pertumbuhan kubah lava yang sering diikuti oleh kejadian guguran lava.
Bahaya Gunung Karangetang umumnya diakibatkan oleh guguran lava dari kubah lava dan bahaya sekunder berupa lahar.
Risiko bahaya semakin tinggi karena daerah di sekitar Gunung Karangetang memiliki jarak antara batas pantai dengan pusat erupsi hanya lebih kurang empat kilometer dan di dalam area itu juga terdapat banyak pemukiman.
Aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava yang terus bertambah umumnya terjadi pada kawah utama (bagian selatan). Karakteristik erupsi Gunung Karangetang adalah erupsi efusif atau leleran lava.
Sejak 25 November 2018, pusat erupsi berada di kawah II (bagian utara) yang menghasilkan endapan lava di sepanjang Sungai Malebuhe hingga mencapai laut. Aktivitas erupsi di kawah Utara tampak mulai berhenti pada Maret 2019.
Pada 20 Juli 2019, erupsi efusif terjadi lagi, namun pusat aktivitas berpindah ke kawah utama. Erupsi ditandai dengan terjadinya luncuran lava pijar umumnya ke bagian barat, meluncur maksimum sejauh 1.800 meter, serta luncuran ke arah tenggara, selatan dan barat daya maksimum meluncur jarak sejauh 2.200 meter dari pusat kegiatan vulkanik.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Badan Geologi minta warga tak mendekati kawah Gunung Karangetang
Imbauan itu seiring dengan peningkatan status dari sebelumnya level II atau waspada menjadi level III atau siaga terhitung sejak 8 Februari 2023, pukul 17.00 WITA.
"Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang diharap tenang tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Karangetang, dan agar senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Wafid mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan secara intensif guna mengevaluasi aktivitas Gunung Karangetang.
Ia mengimbau agar masyarakat yang bermukim di sepanjang bantaran sungai yang berhulu dari puncak gunung api tersebut untuk mewaspadai bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar saat musim hujan.
Gunung Karangetang merupakan gunung api paling aktif di Indonesia dengan seringnya mengalami kejadian erupsi hampir setiap tahun. Karakteristik erupsinya berupa eksplosif tipe strombolian serta pertumbuhan kubah lava yang sering diikuti oleh kejadian guguran lava.
Bahaya Gunung Karangetang umumnya diakibatkan oleh guguran lava dari kubah lava dan bahaya sekunder berupa lahar.
Risiko bahaya semakin tinggi karena daerah di sekitar Gunung Karangetang memiliki jarak antara batas pantai dengan pusat erupsi hanya lebih kurang empat kilometer dan di dalam area itu juga terdapat banyak pemukiman.
Aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava yang terus bertambah umumnya terjadi pada kawah utama (bagian selatan). Karakteristik erupsi Gunung Karangetang adalah erupsi efusif atau leleran lava.
Sejak 25 November 2018, pusat erupsi berada di kawah II (bagian utara) yang menghasilkan endapan lava di sepanjang Sungai Malebuhe hingga mencapai laut. Aktivitas erupsi di kawah Utara tampak mulai berhenti pada Maret 2019.
Pada 20 Juli 2019, erupsi efusif terjadi lagi, namun pusat aktivitas berpindah ke kawah utama. Erupsi ditandai dengan terjadinya luncuran lava pijar umumnya ke bagian barat, meluncur maksimum sejauh 1.800 meter, serta luncuran ke arah tenggara, selatan dan barat daya maksimum meluncur jarak sejauh 2.200 meter dari pusat kegiatan vulkanik.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Badan Geologi minta warga tak mendekati kawah Gunung Karangetang