Kendari (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)
menyatakan, hasil Analisis Pengukuran Data Stunting Tingkat Kota Baubau, selama tiga tahun terakhir menunjukkan penurunan kasus terhitung 2020-2022.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Baubau melalui Kabid Kesehatan Masyarakat, dr Pangeran Abdul Azis dalam pernyataan di Baubau, Selasa menyebutkan, berdasarkan data e-PPGBM bulan Agustus pada tahun berjalan menunjukkan penurunan jumlah kasus maupun prevalensi dari tahun 2020 sebanyak 287 kasus atau 13,4 persen menjadi 589 kasus atau 9,8 persen di tahun 2021, dan pada tahun 2022 menjadi 716 kasus atau 8,8 persen.

"Penurunan kasus maupun prevalensi stunting di tahun 2022 menjadi 8,8 persen tentunya menjadi beban yang harus bisa diselesaikan bersama oleh pemerintah maupun seluruh perangkat daerah terkait yang harus diselesaikan dengan melakukan konvergensi stunting. Kegiatan konvergensi tersebut dilakukan dalam 8 aksi konvergensi stunting dalam rangka percepatan pencegahan dan penurunan stunting di Kota Baubau.

Ia mengatakan, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak balita akibat kekurangan gizi kronik dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang badan atau tinggi badan berada di bawah standar WHO.

Data 2022 dari 10.894 Balita di Kota Baubau yang berstatus ‘sangat pendek’ mencapai 118 anak, sedangkan balita status ‘pendek’ sejumlah 598 sehingga total 716. Sementara tahun 2021 dengan jumlah balita 11.438 terdapat 127 berstatus sangat pendek dan 462 status pendek totalnya 589 anak. Sedangkan tahun 2020 lalu jumlah balita lebih banyak ada 11.436 anak, ada 45 status sangat pendek dan 242 kategori pendek dengan jumlah 287 balita.

Sementara Kecamatan yang paling tinggi penurunan prevalensi stuntingnya berada di 4 (empat) kecamatan yaitu Wolio yang prevalensi stuntingnya dari 10,11 persen pada tahun 2020 menjadi 7,02 persen pada tahun 2022.

Kecamatan Batupoaro dari 6,32 persen pada tahun 2020 menjadi 1,70 persen pada tahun 2022, Kecamatan Kokalukuna yaitu dari 11,45 persen tahun 2020 menjadi 6,24 persen pada tahun 2022 dan Kecamatan Bungi yaitu 25,41 persen tahun 2020 menjadi 8,82 persen pada tahun 2022.

Sementara terdapat 4 (empat) kecamatan yang mengalami penurunan prevalensi stunting di tiap tahunnya, yaitu Kecamatan Wolio, Kecamatan Batupoaro, Kecamatan Kokalukuna, dan Kecamatan Bungi. Meski demikian juga terdapat 1 (satu) Kecamatan yang mengalami kenaikan prevalensi yaitu Kecamatan Murhum, dimana pada tahun 2020 prevalensi stuntingnya sebanyak 9,39 persen, selanjutnya mengalami penurunan di tahun 2021 menjadi 4,40 persen, dan di tahun 2022 terjadi kenaikan prevalensi menjadi 10,60 persen.

Pangeran menambahkan, kegiatan intervensi yang telah dilakukan untuk menurunkan angka stunting adalah dengan melakukan konvergensi stunting yang baru masuk di tahun pertama yang mana melibatkan seluruh perangkat daerah terkait mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, kelurahan sampai ke tingkat keluarga.

Selain itu adanya kegiatan pencegahan melalui perbaikan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) berupa intervensi spesifik seperti pemberian makanan tambahan pada ibu hamil yang kekurangan energi kronis menggunakan makanan tambahan lokal dan makanan pabrikan, peningkatan pelayanan pada ibu hamil seperti pemeriksaan minimal 6 kali selama masa hamil, pemberian tablet tambah darah, pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang, melakukan penyuluhan/konseling/pendampingan pada ibu hamil dan balita yang bermasalah gizi, pemberian vitamin dan pemantauan pertumbuhan.

Di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan beberapa pelatihan atau peningkatan kapasitas petugas seperti pelatihan ANC (Ante Natal Care) terstandar, pelatihan PMBA (Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak), dan adanya konselor ASI. Sedangkan kegiatan intervensi sensitive yang telah dilakukan seperti memastikan akses air bersih dan sanitasi yang baik, edukasi/konseling pada calon pengantin, menyediakan akses ke layanan kesehatan dan keluarga berencana, memberikan pendidikan pengasuhan pada orangtua, serta memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja.

 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024