Kendari (ANTARA) - Percepatan populasi sapi  melalui program "Sapi Komoditas Andalan Negeri" (Sikomandan) di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami peningkatan yang cukup siginifikan.

 Dengan bibit sapi yang ditargetkan sebanyak 30.708 ekor, ternyata selama 2021 ini mengalami peningkatan menjadi 30.772 ekor atau ada peningkatan sebanyak 64 ekor.

"Tren peningkatan jumlah populasi ternak melalui program Sikomandan itu diharapkan akan terus meningkat seiring dengan upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama pada daerah-daerah sentra peternakan di Sultra," ujar Kabid Peternakan Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sultra, LM  Jabal, S.PT di Kendari, Selasa.

Ia mengatakan, Sulawesi Tenggara masuk dalam program Sikomandan karena memiliki embrio populasi ternak yang cukup berkembang, baik dilakukan melalui pengembangan Inseminasi Buatan (IB) maupun melalui peternakan secara alami dan kelompok peternak lainnya yang ada di sejumlah daerah sentra seperti di Kabupaten Konawe Selatan, Bombana, Kolaka Timur, Buton dan Muna/Muna Barat.

Program Sikomandan, lanjut Jabal adalah tindak lanjut program dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI, dengan fungsi dan tugas pokok yaitu produksi, transfer dan distribusi dalam upaya menjadi sumber benih dan bibit ternak sapi unggul nasional yang berperan aktif dalam mensukseskan program Sikomandan melalui kegiatan transfer embrio.

  Seorang peternak di Kabupaten Konawe Selatan saat memberi pakan terhadap hewan sapi peliharaannya dalam kadang.(Foto ANTARA/Azis Senong)
"Di Sulawesi Tenggara kegiatan transfer embrio dilaksanakan sejak awal Juli 2021 lalu. Kegiatan dilaksanakan di UPTD IB di Konawe Selatan. Implementasi transfer embrio di UPTD-IB sangat perlu dilakukan, guna mendapatkan anak sapi jantan hasil TE yang nantinya sebagai peremajaan pejantan yg ada di UPTD-IB.  TE dilakukan dengan menggunakan sapi resipien milik UPTD-Perbibitan yang telah disiapkan sebelumnya,"ujarnya.

Dikatakan Jabal,  selama masa pandemi COVID-19 sektor peternakan tetap tumbuh di Sultra, meskipun diakuinya  pada peternakan ayam pada 2020 lalu ada yang gulung tikar karena akibat pengurangan jumlah produksi karena pembelinya kurang. Hal ini  disebabkan karena daya beli masyarakat yang menurun terhadap produk-produk peternakan. Selain itu, turut dipengaruhi oleh pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

"Alhamdulillah, saat ini kegiatan masyarakat khususnya petani peternak sudah kembali bergairah seiring dengan permintaan protein hewani dari produk-produk peternakan dipasaran mulai meningkat," tuturnya.

Data populasi ternak di Sultra hingga hingga Juli 2021 meliputi sapi sebanyak 390.903 ekor, kambing 195.570 ekor, ayam buras 11,150 juta ekor, ayam petelur 495.983 ekor  dan ayam daging 4,626 juta ekor.
 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024