Baubau (ANTARA) - Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, merencanakan menggelar Pesona Tanah Wolio Po-5 sebagai upaya membangkitkan dan menampilkan kawasan keraton masa lalu guna menarik pengunjung ke daerah itu. 

"Jadi mungkin tahun ini kita akan ada aktivitas besar pada bulan Oktober, istilahnya kita Pesona Tanah Wolio Polima. Semoga pandemi COVID ini segera berakhir," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Baubau, Ali Arham, di Baubau, Rabu. 

Ia mengatakan, kegiatan yang akan digelar pada momen ulang tahun kota atau hari jadi Baubau itu, tentunya akan menampilkan bagaimana kawasan keraton masa lampau seperti minimal orang masuk keraton harus menggunakan sarung Buton. 

"Ini menunjukan bahwa kita kembali pada masa lalu," imbuhnya. 

Pada pesona tanah wolio Po-5 itu, kata dia, disamping menampilkan khusus kreatifitas-kreatifitas masyarakat, juga kerajinan-kerajinan masyarakat sebagai wujud ungkapan apresiasi. 

"Tentu disini ada kerajinan aksesoris seperti misal pakaian adat, kerajinan perak, kerajinan tudung saji, dan kerajinan membuat parang. Ini bagian aksesoris masa lalu yang kita harapkan nanti akan menjadi tontonan orang banyak," katanya. 

Kemudian pada momen itu juga, kata Ali Arham, berbagai kegiatan tradisional semisal kesenian tradisional, musik-musik tradisional, dan menu makanan khas tradisional akan coba ditampilkan ulang seperti "pekande-kandea" massal untuk mengenalkan bahwa daerah itu tidak kalah dengan daerah lain yang mempunyai potensi besar tentang masa lalu. 

Benteng keraton yang merupakan salah satu destinasi andalan daerah itu terus dibenahi dengan kelengkapan masterplannya untuk 20 tahun kedepan.

"Harapannya kita semua orang datang berwisata di daerah kita. Tentu beberapa objek kita sudah siapkan untuk tamu-tamu baik (lokasi) yang ada di bagian barat dan timur benteng," ujarnya. 

Menurutnya, mobilitas yang datang berkunjung di keraton baik siang maupun malam hari sudah lebih ramai, biasanya pada malam pukul 20.00 Wita sudah sepi, kini pukul 23.00 Wita masih nampak ramai.

"Polima" adalah bentuk kearifan lokal falsafah Buton yang terdiri atas "Pomaamaasiaka" (saling menyayangi), "Pomaemaeka" (selalu merasa malu untuk berbuat negatif/tabu) , "Popiapiara" (saling peduli), "Poangkaangkataka" (saling menghargai), dan "Pobincibinciki kuli" (tidak saling mencubit jika akan sama-sama merasakan sakit).

Pewarta : Yusran
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024